RAKHINE, MYANMAR (voa-islam.com) - Lebih dari 1.000 Muslim Rohingya diduga telah tewas di tangan aparat keamanan Myanmar di tengah tindakan keras intensif militer pada anggota kelompok minoritas tersebut, dua pejabat senior PBB telah mengungkap fakta mengerikan.
Para pejabat, yang berurusan dengan para pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan di Myanmar, mengatakan pada hari Rabu (8/2/2017) bahwa korban tewas akibat pembantaian oleh pasukan keamanan jauh lebih besar dari yang dilaporkan sebelumnya.
Para pejabat mengatakan dunia belum sepenuhnya memahami dimensi tragedi kemanusiaan yang telah berlangsung di Rakhine, negara bagian yang didominasi Muslim di barat laut Myanmar, yang telah menyaksikan puluhan ribu orang mengungsi ke negara tetangga Bangladesh sebagai akibat dari tindakan brutal dan keras militer.
"Pembicaraan sampai sekarang hanya ratusan kematian. Ini mungkin meremehkan, kita bisa melihat ribuan," kata salah satu pejabat, mengutip informasi yang pihaknya telah kumpulkan dari para pengungsi di kamp-kamp Bangladesh selama empat bulan terakhir.
Pejabat itu, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan kesaksian berbobot yang dikumpulkan dari para pengungsi bisa memverifikasi kesimpulan bahwa korban tewas telah melampaui 1.000 jiwa.
Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) sebelumnya mengindikasikan bahwa pembunuhan dan pemerkosaan massal terjadi di Rakhine dalam beberapa bulan terakhir, mengatakan bahwa itu bisa saja merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.
OHCHR mengutip bukti dari pengungsi serta citra satelit menunjukkan penghancuran desa-desa Rohingya.
Seorang pejabat PBB kedua, juga beroperasi untuk sebuah agen di Bangladesh, mengatakan pada hari Rabu bahwa laporan OHCHR tentang situasi, yang didasarkan pada wawancara dengan 220 orang, hanya "puncak gunung es."
Sebuah analisis internal PBB yang terpisah, yang dilaporkan telah menggunakan ukuran sampel yang lebih besar, telah mengungkapkan bahwa lebih dari 350 orang dari satu desa saja telah dibunuh atau masih belum ditemukan setelah tindakan keras tentara.
"Jumlah mereka jauh lebih besar dari angka kami," kata pejabat itu, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Para pejabat di pemerintah Myanmar tidak mau mengaku dan bersikeras bahwa hanya kurang dari 100 telah tewas sejak militer mulai operasi terhadap warga Rakhine pada bulan Oktober. Operasi itu diluncurkan setelah militer mengklaim bahwa mujahidin Rohingya telah menyerang pos perbatasan polisi dan menewaskan beberapa perwira.
Juru bicara presiden Myanmar, Zaw Htay, mengatakan pada hari Rabu bahwa jumlah kematian lebih dari seribu, seperti yang diklaim oleh pejabat PBB, harus diperiksa di tanah.
Myanmar tidak mau mengakui kewarganegaraan kepada lebih dari 1,1 juta Rohingya yang tinggal di negara itu, dengan para pejabat Budha masih bersikeras bahwa anggota komunitas Rohingya semuanya secara ilegal melintasi perbatasan dari Bangladesh selama dekade terakhir.
Kelompok-kelompok HAM dan pemerintah telah berulang kali bersilang pendapat tentang klaim dokumen sejarah yang menunjukkan bahwa umat Islam telah memiliki akar sejarah di Myanmar.
PBB mengatakan sekitar 69.000 orang telah melarikan diri dari Rakhine ke Bangladesh sejak kekerasan dimulai tahun lalu. (st/ptv)