AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Departemen Pertahanan Amerika Serikat atau Pentagon tidak mau mengakui bahwa serangan yang mereka lakukan di desa Al-Jineh menyasar masjid sehingga menewaskan puluhan warga sipil, bersikeras bahwa itu merupakan gedung yang sedang menjadi tempat rapat para anggota "Al-Qaidah."
Pentagon pada Jum'at (17/3/2017) saat mempublikasikan foto seteleh serangan mengklaim serangan udara AS di Suriah utara tidak menghantam masjid, melainkan sebuah gedung di dekatnya dengan "puluhan" anggota Al-Qaidah di dalamnya.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) yang berbasis di Inggris sebelumnya mengatakan pesawat tempur telah menargetkan masjid di provinsi Aleppo saat shalat Isya, menewaskan 42 orang. Jumlah tersebut lebih kecil dibanding hitungan yang dilakukan tim relawan penyelamat, White Helmet yang menempatkan jumlah 57 jiwa.
"Masjid ini masih berdiri dan relatif tanpa kerusakan," sesumbar juru bicara Pentagon Kapten Angkatan Laut Jeff Davis.
"Bangunan yang kami targetkan berdekatan" dan seragan "jelas menghantam sasaran yang dituju," tambahnya.
Pentagon memberikan gambar hitam-putih jarak jauh yang menggambarkan apa yang tampaknya merupakan sebuah bagian masjid tua yang rata dengan tanah.
Davis tidak mengatakan apakah kegunaan bangunan yang dihancurkan atau apakah itu terhubung ke masjid tua di desa Al-Jineh.
Pentagon saat ini tidak mau percaya adanya korban sipil akibat serangan tersebut, dengan Davis bersikukuh "beberapa teroris" tewas ketika pertemuan "puluhan" tokoh kepemimpinan Al-Qaidah di gedung tersebut dihantam.
Kepala Observatorium yang berbasis di Inggris mengatakan bahwa selain dari 42 orang tewas, lebih dari 100 orang terluka dan bahwa banyak tetap terperangkap di bawah struktur bangunan yang runtuh.
Petugas penyelamat berjuang untuk menarik korban dari puing-puing, dan puluhan warga masih belum ditemukan, kata Observatorium.
Para saksi di lokasi kejadian mengatakan bahwa bangungn yang ditargetkan adalah jelas-jelas masjid, di mana diperkirakan ada 300 orang yang hadir mengikuti shalat Isya saat itu.
Abu Muhammad, seorang warga desa, mengatakan kepada AFP bahwa ia "mendengar ledakan kuat ketika masjid dihantam.
Serangan itu sendiri terjadi tepat setelah shalat Isya pada saat biasanya kelompok Jamaah Tabligh menyampaikan dakwaahnya untuk para jamaah laki-laki di masjid tersebut."
Seorang wartawan AFP di tempat kejadian mengatakan tim penyelamat sebelumnya meninggalkan lokasi reruntuhan tapi dipaksa untuk kembali lagi ketika mereka mendengar suara mengerang datang dari puing-puing. (st/aby)