JALUR GAZA, PALESTINA (voa-islam.com) - Pemimpin senior Hamas Ismail Haniyeh telah bersumpah untuk tetap melakukan perlawanan untuk mengakhiri pendudukan selama puluhan tahun Zionis Israel atas tanah Palestina.
"Perlawanan adalah pilihan strategis kami untuk mencapai aspirasi rakyat kita untuk kebebasan," kata Haniyeh dalam pidato selama kunjungan pada hari Rabu (22/3/2017) ke rumah pendiri Hamas Syaikh Ahmed Yassin di Kota Gaza untuk memperingati ulang tahun ke-13 kematiannya.
Syaikh Ahmad Yassin gugur dalam serangan udara Zionis Israel pada tahun 2004 ketika pemimpin berkursi roda itu adalah perjalanan ke sebuah masjid di timur Jalur Gaza untuk melakukan shalat subuh.
Haniyeh mengatakan perlawanan Palestina "tidak bisa dipatahkan".
"Perlawanan telah bertahan dalam tiga perang Israel di Jalur Gaza," katanya.
"Akumulasi kekuatan di Gaza tidak dimaksudkan untuk hanya mempertahankan Jalur Gaza, tapi juga untuk mempertahankan Yerusalem dan Masjid Al-Aqsa."
Haniyeh menegaskan bahwa kelompoknya tidak akan pergi "satu inci" dari Palestina.
"Gaza adalah bagian dari Palestina dan tidak akan ada negara Palestina tanpa Gaza dan tidak akan ada negara tanpa seluruh Palestina."
Sementara itu, Haniyeh menyerukan mengakhiri keretakan antar sesama Palestina dan mencapai rekonsiliasi nasional.
"Kami sedang berusaha untuk mencapai rekonsiliasi, mengakhiri keretakan, membangun sistem politik yang terpadu dan menyusun program nasional," katanya.
Pada bulan April 2014, Hamas dan saingannya kelompok Fatah pimpinan Presiden Mahmoud Abbas menandatangani perjanjian rekonsiliasi yang menyerukan pembentukan pemerintah persatuan Palestina yang bertugas mengawasi pemilihan legislatif dan presiden Palestina.
Meskipun pemerintah persatuan diresmikan dua bulan kemudian, itu belum mengambil peran mengatur di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas, sementara hubungan antara Hamas dan Fatah tetap dilanda oleh sejumlah perbedaan yang luar biasa. (st/aa)