MOGADISHU, SOMALIA (voa-islam.com) - Panglima militer baru Somalia berhasil selamat dari pemboman mobil pada hari Ahad (9/4/2017) yang menewaskan sedikitnya 15 orang dalam respon berdarah oleh pejuang Al-Shabaab atas seklarasi perang presiden baru negara itu pada kelompok afiliasi Al-Qaidah tersebut.
Seorang pembom jibaku mengendarai mobil yang dikemas dengan bahan peledak ke konvoi Ahmed Mohamed Jimale di dekat kementerian pertahanan di Mogadishu, hanya beberapa hari setelah ia diangkat ke jabatan tertinggi di tentara pada hari Kamis oleh Presiden Mohamed Abdullahi Mohamed.
"Informasi awal menunjukkan bahwa kepala militer telah lolos dari serangan," kata Al-Shabaab dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan di situs stasiun radio Andalus, menyatakan bertanggung jawab atas ledakan itu.
Pejabat militer senior Muktar Adan Moalim mengatakan kepada AFP bahwa tujuh warga sipil dan tiga anggota pasukan keamanan telah tewas dalam pemboman itu.
"Sebuah minibus sarat dengan bahan peledak menabrak bus sipil ketika mencoba untuk menghantam konvoi kepala militer," katanya.
Seorang wartawan AFP melihat lima mayat dan bagian tubuh tersebar di seluruh tempat ledakan setelah serangan sekitar tengah hari.
Pasukan keamanan memblokir seluruh distrik di sekitar kementerian pertahanan.
Pejabat keamanan Ali Abdirahman menegaskan bahwa panglima militer - yang lebih dikenal oleh warga Somalia dengan julukan Irfid - tidak terluka, sebagaimana pemimpin militer senior lainnya yang berada dalam konvoi.
Seorang saksi, Abdirahman Isa, mengatakan bus penumpang yang telah melewati tempat kejadian "benar-benar hancur dan ada beberapa mayat" yang "benar-benar hancur dan terbakar dalam ledakan".
Serangan itu adalah insiden mematikan terbaru dalam beberapa hari, setelah sebuah bom mobil di Mogadishu menewaskan tujuh tewas, Rabu, ranjau darat menewaskan 19 pada hari Kamis dan serangan mortir menewaskan tiga orang pada hari Jumat.
Sementara Al-Shabaab telah kehilangan sebagian besar wilayah dan dipaksa keluar dari Mogadishu oleh pasukan Uni Afrika di tahun 2011, mereka terus melakukan serangan terhadap pasukan lokal dan asing serta target-target pemerintah lainnya di ibukota dan pedesaan sesuka hati tanpa mampu banyak dicegah oleh pihak berwenang keamanan. (st/TNA)