MOSKOW, RUSIA (voa-islam.com) - Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan dua prajurit mereka telah tewas dan satu lagi luka parah berkelanjutan setelah pejuang oposisi meluncurkan sebuah serangan mortir.
Kementerian itu mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa (11/4/2017) bahwa mereka yang tewas itu menjabat sebagai instruktur militer dalam sebuah unit pasukan pemerintah Suriah, mencatat bahwa “petugas medis militer tengah berjuang untuk menyelamatkan seorang prajurit Rusia yang terluka.”
Pernyataan itu, bagaimanapun, tidak memberikan informasi lebih lanjut tentang tempat yang tepat dan tanggal serangan, maupun identitas para prajurit yang mati.
Rusia telah menawarkan bantuan militer kepada pemerintah Suriah sejak September 2015.
Bantuan militer, dalam bentuk kampanye udara dan dukungan penasihat, datang atas permintaan dari pemerintah di Damaskus, yang telah memerangi mujahidin Sunni di negara itu sejak 2011.
Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan pada 6 Maret bahwa salah satu prajurit mereka tewas setelah anggota pejuang Islamic State (IS) melakukan serangan terhadap posisi-posisi pasukan pemerintah Suriah di provinsi tengah Homs.
Kementerian itu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tentara bayaran Artyom Gorbunov tewas dalam aksi di dekat kota Semit kuno Palmyra, yang terletak sekitar 215 kilometer timur laut dari ibukota, Damaskus, empat hari sebelumnya.
Pernyataan itu menambahkan bahwa tentara bayaran berusia 24-tahun “itu menjaga sekelompok penasihat militer Rusia di Suriah” pada saat itu.
Pada tanggal 20 Februari, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan empat tentara Rusia tewas dan dua lainnya menderita luka-luka awal bulan itu, ketika kendaraan militer mereka ditargetkan dengan alat peledak improvisasi (IED) dalam perjalanan dari pangkalan udara militer Tiyas, juga dikenal sebagai pangkalan udara T-4, ke kota Homs.
Dengan Moskow secara resmi mengumumkan kematian dua tentara mereka hari Selasa, jumlah korban tewas dari tentara Rusia yang mati di Suriah telah mencapai sekitar 30 prajurit sejak intervensi militer langsung pada 29 September, 2015 untuk memperkuat rezim Assad. Namun, aktivis Rusia mengkonfirmasi bahwa korban tewas dari tentara Rusia jauh lebih tinggi dari yang diumumkan.(st/ptv)