TEL AVIV, ISRAEL (voa-islam.com) - Amerika Serikat telah memperingatkan Zionis Israel dua jam sebelum kapal perang AS di Laut Mediterania timur menembakkan rudal jelajah Tomahawk ke markas besar Al Shayrat, Suriah, kata seorang pejabat senior Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada hari Rabu (19/4/2017).
Setelah serangan tersebut, Unit Juru Bicara IDF mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa militer Israel telah diberitahu sebelumnya dan menyatakan dukungannya untuk serangan tersebut. Berbicara kepada wartawan militer di markas IDF di Tel Aviv, pejabat senior tersebut mengkonfirmasi bahwa IDF telah diberi tahu tentang serangan AS terhadap pangkalan yang digunakan oleh pesawat tempur rezim yang melakukan serangan senjata kimia yang mematikan di Khan Sheikhoun untuk tinggal landas.
Sementara militer Suriah terus menolak tanggung jawab atas serangan tersebut, menyalahkan pejuang oposisi atas kejadian itu dan menyatakan bahwa mereka tidak akan menggunakan senjata kimia, sang pejabat senior mengatakan "sulit untuk membayangkan bahwa Assad tidak mengetahui tentang serangan itu terlebih dahulu. Dan harga yang dia bayar untuk itu sangat berat. Dia kehilangan semua legitimasi".
Rezim Assad setuju untuk menon aktifkan cadangan bahan kimia negara tersebut dalam kesepakatan 2013 yang ditengahi oleh Amerika Serikat dan Rusia setelah serangan mematikan rezim terhadap Ghouta Timur di dekat ibu kota Damaskus dimana lebih dari 1.500 orang terbunuh, termasuk 426 anak-anak.
Sementara rezim teroris Assad mematuhi menghancurkan sebagian besar stok senjata kimia - lebih dari 1.290 metrik ton sarin, VX dan mustard sulfur, pendahulu gas mustard - serta membongkar infrastruktur untuk memproduksinya, menurut pejabat senior, Rezim Assad masih memiliki jumlah residu agen kimia mematikan sebanyak antara satu sampai tiga ton.
Menurut dia, rezim Assad telah melakukan serangan gas Sarin terhadap kota Khan Sheikhoun, membunuh hampir 100 warga sipil, karena frustrasi bahwa meskipun bantuan signifikan yang diperoleh Suriah dari Rusia, Syi'ah Iran dan Syi'ah Hizbullata Libanon, pasukan rezim tidak dapat membuat kemajuan serius di lapangan.
Sementara dua tahun yang lalu Iran mungkin lebih dekat untuk menggapai hegemoni di Suriah, sekarang ada hegemoni Rusia di Suriah Barat, katanya, bagaimanapun "bahkan dengan dukungan dari Rusia dan Hizbullah (baca;Hizbullata), Assad tidak dapat mengendalikan seluruh negeri. Pasukannya mulai berkembang di Suriah barat tapi sulit untuk melihat dia mengendalikan seluruh negeri."
Pejabat senior IDF itu mengatakan bahwa tidak mungkin terjadi penyelesaian politik konflik Suriah dalam waktu dekat.
"Suriah yang kita tahu sudah hilang dan tidak akan pernah ada lagi," tambahnya. (st/JP)