DAMASKUS, SURIAH (voa-islam.com) - Tujuh dewan lokal di Ghouta Timur meminta Jaish al-Islam (JaI) untuk mengakhiri serangannya di daerah pinggiran yang diperangi dan untuk mengakhiri pertempuran dengan kelompok-kelompok saingan mereka, dengan mengatakan bahwa pecundang utama adalah warga sipil dan tidak ada yang lain, menurut pernyataan dikeluarkan hari Selasa (2/5/2017).
Dewan sipil mendesak kelompok pejuang oposisi kuat tersebut untuk menarik diri dari wilayah mereka rebut selama sepekan terakhir dari Hayat Tahrir al-Sam (HTS) dan Faylaq al-Rahman dimana serangan tersebut menewaskan setidaknya 120 pejuang.
Pernyataan tersebut juga mendesak Jaish al-Islam untuk mengakhiri tirani di Ghouta Timur.
Sementara itu para aktivis lokal muncul di media sosial mengunggah video para petempur Jaish al-Islam melepaskan tembakan dengan peluru tajam pada demonstrasi damai di kota Irbin yang menuntut diakhirinya pertikaian, insiden semacam itu mengingat hari-hari pertama revolusi Suriah ketika keamanan rezim menembaki warga sipil di kota Daraa.
Akibat tembakan tersebut membuat para demonstran meneriaki pasukan Jaish al-Islam sebagai "Shabihah", milisi Syi'ah brutal kaki tangan Assad yang kerap melakukan pembantaian biadab kepada warga Sunni Suriah yang menentang rezim Suriah.
Mohamed Abu Haitham, aktivis berbasis Irbin, mengatakan bahwa pasukan Jaish al-Islam ingin memaksakan kembali kekuatannya tanpa alasan lain di balik serangan tersebut.
Juru bicara untuk kelompok Jaish al-Islam mengaku tidak ada perintah yang diberikan untuk melepaskan tembakan ke demonstrasi di Ghouta Timur saat korban tewas dalam serangan 4 hari mereka pada kelompok pejuang oposisi Suriah lainnya yang dianggap sebagai saingan mencapai 120, menurut reporter Zaman al-Wasl.
JaI ingin hilangkan kehadiran HTS dari Ghouta timur
Hamza Bairiqdar, komandan senior Jaish al-Islam, mengklaim bahwa petempur yang melepaskan tembakan akan ditahan untuk pertanggungjawaban.
Bairiqdar juga meyakinkan Zaman al-Wasl bahwa kelompoknya akan menghilangkan kehadiran Hayat Tahrir al-Sham di daerah pinggiran Damaskus yang dikepung pemerintah tersebut. Sang juru bicara mengatakan bahwa kami tidak akan membiarkan bekas kelompok Al-Qaidah di Suriah itu mengulangi skenario Aleppo, sesumbar bahwa Ghouta Timur tidak akan jatuh ke tangan rezim.
Jaish al-Islam menuduh Tahrir al-Sham berencana untuk meluncurkan serangan besar dan banyak depot senjata tersembunyi ditemukan.
"Perang kita melawan Tahrir al-Sham saja, bukan melawan pejuang Faylaq al-Rahman yang menolak untuk tinggal di samping," kata sang juru bicara. Bagaimanapun, para aktivis di Suriah mengatakan bahwa tinggal menunggu waktu Faylaq Al-Rahman akan menjadi target selanjutnya dari JaI setelah HTS telah "dibereskan", mengingat hasrat JaI untuk menjadi kelompok terkuat satu-satunya di Ghouta Timur yang terhalang dengan kehadiran Faylaq Al-Rahman.
Jaish al-Islam juga menuduh Tahrir al-Sham menculik konvoi bala bantuan mereka saat menuju ke distrik Qaboun di timur laut Damaskus, sebuah tuduhan yang menurut jubir HTS tidak masuk akal.
Kelompok afiliasi Tentara Pembebasan Suriah (FSA) Faylaq al-Rahman, mitra HTS dalam pertarungan itu, membantah tuduhan tersebut.
Pada bulan Mei 2016, lebih dari 300 orang terbunuh dalam pertempuran antara kedua belah pihak.
Tuduhan tak masuk akal
Imad el-Din Mujahed, yang bertanggung jawab menjadi juru bicara di Tahrir al-Sham, mencela tuduhan Jaish al-Islam, mengatakan bahwa serangan tersebut telah direncanakan sepenuhnya sebelum serangan terjadi terhadap merek dan menculik bala bantuan adalah dalih.
'Bagaimana mungkin beberapa pejuang Tahrir al-Sham menculik sebuah konvoi militer,' tambahnya.
Wael Alwan, juru bicara Faylaq al-Rahman mengatakan kepada Zaman al-Wasl bahwa 25 pejuang dari kelompoknya juga terbunuh.
Alwan memperingatkan bahwa serangan Jaish al-Islam akan berakhir pada jatuhnya distrik Qaboun untuk mendukung pasukan rezim yang mendesak maju dengan cepat pada hari Jum'at.
Rezim ambil keuntungan dari pertikain pejuang oposisi
Selama pertempuran, rezim dan pasukan sekutu menyerang distrik Qaboun yang dikuasai pejuang oposisi di barat laut Ghouta Timur melalui darat dan udara.
Rezim tersebut, yang didukung oleh kekuatan udara Rusia dan milisi Syi'ah asing bayaran Iran, melancarkan serangan terhadap Qaboun dan Barza yang berdekatan, yang diyakini untuk menghancurkan terowongan pasokan untuk wilayah kantong yang terkepung tersebut, pada bulan Februari.
Pasukan pemerintah maju sedikit di Qaboun Jum'at, kata Observatorium
Pada gilirannya, gerakan kuat Ahrar al-Sham mengutuk pertikaian antara kelompok pemberontak kunci di pinggiran timur Damaskus, yang mendesak untuk segera 'gencatan senjata'.
Ahrar al-Sham mengatakan dalam pernyataan bahwa Jaish al-Islam berada di balik pertempuran yang sedang berlangsung di Ghouta Timur, menambahkan bahwa benteng-benten mereka diserang oleh Jaish al-Islam dan banyak anggota mereka ditangkap.
kelompok itu mendesak pihak yang bertikai untuk membawa masalah itu ke pengadilan syariah.
Saat ini ada lebih dari setengah juta orang tinggal di pinggiran timur Damaskus yang telah mengalami pengepungan hebat selama enam tahun oleh rezim di tengah pengeboman udara yang konstan oleh pasukan Suriah. (st/ZW)