PARIS, PRANCIS (voa-islam.com) - Emmanuel Macron memenangkan pemilihan presiden Prancis, hari Ahad (7/5/2017), setelah di putaran kedua pemungutan suara menyingkirkan saingannya calon presiden anti Islam Marine Le Pen.
Proyeksi penghitungan suara memperlihatkan Macron, politisi tengah pro-Eropa, meraih sekitar 65% suara, sementara calon dari sayap kanan, Le Pen, meraih kurang lebih 35% suara.
Dalam pidato kemenangan, Macron mengatakan halaman baru tengah dimulai dalam sejarah Prancis.
"Saya ingin ini menjadi halaman tentang harapan dan rasa saling percaya," katanya.
Dia juga mengatakan dalam sebuah wawancara dengan AFP, bahwa kemenangan pemilihannya mewakili "harapan" dan "babak baru" untuk Prancis.
"Sebuah babak baru dalam sejarah panjang kami dimulai malam ini, saya ingin menjadi harapan dan kepercayaan baru," tambahnya.
Macron, 39 tahun, akan menjadi presiden Prancis termuda dalam sejarah.
Kandidat yang kalah, Marine Le Pen, mengklaim "hasil bersejarah dan masif" untuk Front Nasional sayap kanan (FN) dalam pemilihan presiden hari Ahad, AFP melaporkan.
Le Pen membuat sebuah pernyataan singkat, mengatakan bahwa dia telah menelpon Macron berharap dia "sukses" dalam mengatasi "tantangan besar" yang dihadapinya.
Le Pen, seorang politisi anti Islam dan anti-imigrasi, juga mengumumkan bahwa dia akan memimpin FN ke pemilihan legislatif bulan Juni.
Orang-orang di Prancis mulai memberikan suaranya dalam pemilihan presiden sebelumnya pada hari Ahad setelah TPS dibuka pada pukul 8 pagi waktu setempat.
Sebanyak 47 juta orang berhak memilih di 66.546 tempat pemungutan suara di seluruh negara Eropa tersebut.
Kepala Masjid Agung Paris serukan umat Muslim pilih Macron
Sebelumnya akhir bulan lalu, kepala Masjid Agung Paris telah meminta Muslim Prancis untuk memilih kandidat independen Emmanuel Macron dalam pemilihan presiden yang menentukan pada 7 Mei kemarin.
Dalil Boubakeur mendesak hampir 5 juta Muslim negara tersebut untuk "memilih secara besar-besaran" untuk memilih Macron, menggambarkan putaran kedua pemungutan suara sebagai "menentukan nasib Prancis dan kelompok minoritas agamanya."
"Masjid Agung Paris dan Federasi Nasional (FGMP) menyerukan umat Islam di Prancis untuk memilih secara massal kandidat Emmanuel Macron," Boubakeur mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Tanpa referensi yang jelas untuk kandidat sayap kanan Marine Le Pen, pemimpin Muslim senior Prancis tersebut mengatakan bahwa warga negara Prancis harus memahami "ancaman yang terkandung dalam gagasan xenofobia yang berbahaya bagi kohesi kita".
Muslim "harus memilih diantara kandidat yang membela persaudaraan antar warganegara, bukan perselisihan atau kebencian," tambahnya.