BERLIN, JERMAN (voa-islam.com) - Badan intelijen asing Jerman tersebut mengungkapkan pada hari Sabtu (13/5/2017) bahwa rezim teroris Assad bertanggung jawab atas serangan gas beracun terhadap Khan Sheikhoun Idlib awal bulan lalu, yang menewaskan lebih dari 100 orang.
Koran mingguan Jerman Welt am Sonntag mengatakan bahwa badan intelijen Jerman (BND) melihat bahwa angkatan udara rezim Assad bertanggung jawab atas serangan kimia terhadap Khan Sheikhoun.
Surat kabar tersebut mengatakan bahwa BND mengetahui bahwa serangan gas beracun diluncurkan dari markas Shayrat, Assad. Namun, tidak jelas apakah kepala rezim Suriah Bashar Assad telah memerintahkan langsung serangan itu, menurut surat kabar tersebut.
Pada tanggal 4 April, pesawat tempur Assad melakukan serangan udara, menggunakan senjata kimia, di kota Khan Sheikhoun di pedesaan Idlib. Serangan gas sarin itu menewaskan setidaknya 100 warga sipil dan melukai lebih dari 500 lainnya, terutama anak-anak dan perempuan.
Sebagai pembalasan, AS melancarkan serangan rudal ke bandara militer Shayrat Assad di Homs pada tanggal 7 April. Kapal perusak AS di Laut Tengah menembakkan 59 rudal Tomahawk ke pangkalan udara tersebut, menghancurkan stasiun pengisian bahan bakar dan landasan pacu.
Sekitar dua puluh hari setelah serangan tersebut, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Marc Ayrault telah mengungkapkan bahwa intelijen Prancis akan memberikan bukti yang menegaskan penggunaan senjata kimia oleh teroris Assad dalam serangan terhadap Khan Sheikhoun.
Juga, CIA mengkonfirmasi penyadapan komunikasi antara teroris Assad dan pakar kimia mengenai persiapan untuk meluncurkan serangan gas beracun kepada Khan Sheikhoun.
Pada gilirannya, intelijen Israel mengungkapkan bahwa rezim Assad masih memiliki banyak senjata kimia, membuktikan kebohongan Bashar Assad yang mengatakan telah menyerahkan seluruh persenjataan kimia rezimnya pada tahun 2013.
Pembantaian Khan Sheikhoun dianggap sebagai serangan kimia terbesar kedua di Suriah sejak serangan skala besar Assad di Ghouta timur pada tahun 2013 yang menewaskan lebih dari 1400 orang. (st/Orient)