SANA'A, YAMAN (voa-islam.com) - Pemberontak Syi'ah Houtsi di Yaman telah melarang sebuah surat kabar yang dimiliki oleh partai politik mantan Presiden Ali Abdullah Saleh di Sana'a yang merupakan sekutu mereka namun saat ini tengah bersitegang, kata laporan lokal pada hari Selasa (16/5/2017).
Pemberontak kaki tangan Syi'ah Iran menutup koran al-Mithaq, sebuah penerbitan yang dijalankan oleh Kongres Rakyat Umum (GPC) di ibukota, kata pemimpin redaksi Mohammed Anam.
Anam meminta wartawan Yaman dan Arab, serta Federasi Jurnalis Arab dan Federasi Wartawan Internasional untuk mendukung penerbitan tersebut dimana para wartawannya diduga menjadi subjek intimidasi dan penuntutan.
Koran tersebut dilarang setelah mencapai "pengadilan," katanya, yang "bertujuan untuk menggagalkan kebebasan berbicara dengan alasan palsu dan membungkam suara Kongres Rakyat Umum."
Presiden yang digulingkan tersebut telah menjadi sekutu utama kelompok pemberontak Syi'ah sejak mereka merebut ibukota Sana'a pada bulan September 2014, dan telah dikutip mengatakan bahwa dia "berperang dalam satu parit di samping Huthi."
Namun, ketegangan antara keduanya meningkat dalam beberapa pekan terakhir ketika konflik di Yaman melampaui lebih dari dua tahun dan menyebabkan lebih dari 10.000 orang tewas.
Pekan lalu, Saleh tampaknya berbalik melawan sekutunya Syi'ah Houtsi, memberi medianya lampu hijau untuk "mengekspos" pemberontak dan mengatakan bahwa dia bersedia untuk bernegosiasi dengan saingannya Arab Saudi.
Saleh, yang selamat dari percobaan pembunuhan pada 2011, mundur sebagai presiden pada Februari 2012 menyusul tekanan publik yang besar, namun dia tetap merupakan tokoh yang sangat berpengaruh di Yaman.
"Kami tidak punya pilihan selain dialog," kata Saleh pada sebuah pertemuan partai Kongres Rakyat Rakyat di ibukota Yaman, Sana'a, pekan lalu.
"Kami siap untuk pergi ke Riyadh, Khamis Mushit, Muscat atau tempat lain untuk memulai dialog dan untuk mencapai kesepakatan," kata Saleh, merujuk pada kota-kota di Arab Saudi dan Oman.
Pemberontak Syi'ah Houtsi, yang telah lama melakukan pelanggaran hak asasi manusia, saat ini mengendalikan ibukota Yaman, wilayah utara yang berbatasan dengan Arab Saudi, dan serangkaian pelabuhan utama di sepanjang pantai Laut Merah.
"Saleh, dalam sebuah pertemuan dengan sejumlah anggota Kongres Rakyat Umum, mengancam akan menjual Houtsi ke koalisi [Arab] jika mereka tidak tunduk pada tuntutannya," kantor berita resmi Arab Saudi mengatakan pada hari Rabu (17/5/2017).
Sejak pengambilalihan ibukota oleh Houtsi, kelompok pemberontak Syi'ah itu, yang didukung oleh pasukan Saleh, telah menutup semua saluran satelit, surat kabar dan situs web yang dianggap tidak sejalan mereka, mendorong beberapa orang untuk mulai menyiarkan ke luar negeri.
Selain itu mereka juga telah menculik, membunuh atau memenjarakan puluhan wartawan saat meliput konflik mematikan tersebut. (st/TNA)