LONDON, INGGRIS (voa-islam.com) - Polisi pada hari Sabtu (27/5/2017) merilis gambar kamera keamanan pelaku bom jibaku Manchester Salman Abedi pada malam dia meledakkan diri di sebuah konser pop yang menewaskan 22 orang.
Penyidik juga memberikan rincian jam terakhir dari pria 22 tahun itu saat mereka meminta masyarakat untuk mengetahui informasi tentang pergerakannya pada hari-hari menjelang serangan Senin malam.
Foto-foto yang diambil dari rekaman CCTV menunjukkan seorang Abedi yang berkacamata, yang memiliki kumis kecil, mengenakan sepatu, celana jeans, kaus lengan hitam, topi hitam dan rompi puffer hitam, di mana ranselnya bisa dilihat.
Pernyataan polisi yang menyertainya mengatakan salah satu tempat terakhir yang dia kunjungi adalah sebuah "flat pusat kota dan dari sana dia berangkat menuju Manchester Arena", di mana serangan tersebut terjadi.
"Flat itu sangat relevan sebagai lokasi yang kami percaya mungkin merupakan tempat perakitan terakhir untuk perangkat ini."
Sebelas orang saat ini dalam tahanan polisi di Inggris sehubungan dengan serangan oleh Abedi, yang berasal dari Libya namun lahir di Manchester.
Ayah dan saudara laki-lakinya telah ditahan di Libya.
Polisi mengatakan bahwa penyelidikan tersebut telah membuat "kemajuan yang baik" dan mereka "sekarang membutuhkan orang untuk memberi tahu kami jika mereka memiliki informasi tentang gerakannya dari 18 Mei ketika dia kembali ke Inggris sampai Senin malam".
Pernyataan tersebut tidak mengatakan dari mana asal Abedi, namun seorang kerabat di Libya sebelumnya mengatakan kepada AFP bahwa dia telah melakukan perjalanan dari negara Afrika Utara itu ke Manchester.
Pejabat Turki dan Jerman juga mengatakan bahwa dia melewati bandara Istanbul dan Dusseldorf.
Pernyataan dari Polisi Manchester United dan polisi kontra-terorisme Inggris mengatakan bahwa mereka memiliki 1.000 tim kuat yang bekerja "sepanjang waktu" dalam penyelidikan tersebut.
Empat belas lokasi masih diperiksa.
"Dalam lima hari terakhir kami telah mengumpulkan informasi penting tentang Abedi, rekan-rekannya, keuangannya, tempat-tempat dia dulu, bagaimana perangkat itu dibangun dan konspirasi yang lebih luas," kata pernyataan tersebut.
Inggris pada hari Sabtu menurunkan tingkat ancaman teror dari tingkat kritis - tingkat tertinggi - menjadi parah, namun Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan bahwa negara tersebut harus tetap "waspada".
Serangan tersebut, yang telah diklaim oleh Islamic State (IS), menargetkan penonton konser di akhir sebuah pertunjukan oleh penyanyi idola remaja AS, Ariana Grande. (st/MEE)