JALUR GAZA, PALESTINA (voa-islam.com) - Hamas telah membantah tuduhan baru-baru ini bahwa mereka memiliki pejuang yang berbasis di luar Palestina, Anadolu Agency telah melaporkan dan dikutip Middle East Monitor hari Jum'at(9/6/2017).
Seorang pejabat dari gerakan tersebut menekankan bahwa perjuangan mereka semata-mata melawan pendudukan Israel.
Khalil Al-Hayya membuat komentarnya saat pemakaman seorang anggota senior sayap bersenjata Hamas, Brigade Al-Qassam, yang terbunuh dalam sebuah kecelakaan sehari sebelumnya. "Hamas tidak dan tidak akan mengarahkan kompasnya untuk bertarung di arena lain," tegasnya. "Senjata-senjatanya akan tetap diarahkan ke Israel, dan kita akan terus mengejar dan melawan Israel meski kita mengorbankan pemimpin kita, anak-anak kita dan rumah kita."
Al-Hayya tidak menjelaskan alasan untuk membuat komentar semacam itu, namun terjadi sehari setelah Ahmed Al-Mismari, juru bicara pasukan Haftar di Libya, menuduh Brigade Al-Qassam bertempur di sana dengan dukungan dari negara Qatar.
Tuduhan ini jelas merupakan upaya untuk menambahkan bahan bakar ke dalam api keretakan negara Teluk Arab dengan pemerintah di Doha. Pasukan Khalifa Haftar sendiri didukung oleh Mesir dan Uni Emirat Arab dalam memerangi mujahidin di Libya. Kedua negara itu juga saat ini tengah memusuhi Qatar.
Menurut Amos Harel, analis militer dan pertahanan di Haaretz, krisis antara Arab Saudi beserta sekutunya dan Qatar dapat menimbulkan konsekuensi di arena lain yang lebih dekat dengan Israel. Dia mengatakan bahwa penurunan baru-baru ini dalam dukungan Qatar untuk Hamas, setelah keretakan tersebut, dapat menyebabkan pecahnya kekerasan antara Israel dan Hamas lagi pada musim panas ini, di balik krisis pasokan air dan pasokan listrik di Gaza. Harel menunjukkan bahwa kondisi di Gaza yang memburuk juga membuat khawatir para pejabat keamanan Israel, paling tidak karena Hamas telah mendorong warga Palestina di Gaza untuk memulai demonstrasi di dekat pagar perbatasan dengan Israel, setelah beberapa bulan selama ini mencegah semua kegiatan tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir, Qatar telah menjadi salah satu penopang utama pemerintah de facto Hamas di Gaza. Hubungan gerakan itu dengan Mesir dirusak oleh kudeta tahun 2013 yang membawa mantan Jenderal Abdel Fattah Al-Sisi berkuasa. Memang, Qatar telah mendukung Hamas "secara finansial dan politik", tidak terkecuali dengan membantu merekonstruksi Jalur Gaza setelah serangan militer Israel pada tahun 2014. Negara ini juga turut campur tangan untuk menyelesaikan konflik Hamas dengan Mesir, Israel dan Otoritas Palestina. (st/MeMo)