MOGADISHU, SOMALIA (voa-islam.com) - Seorang menteri negara Teluk berusaha menyuap presiden Somalia itu dengan uang sebesar $ 80 juta untuk bergabung dalam boikot Qatar, di tengah perselisihan diplomatik yang sedang berlangsung yang telah menghasilkan blokade habis-habisan, sumber-sumbet mengatakan kepada The New Arab.
Menteri Teluk Arab anonim tersebut telah mencoba menyuap Presiden Somalia Mohamed Abdullahi Mohamed Farmaajo dengan sejumlah besar uang untuk memutuskan hubungan dengan Qatar, dan untuk membantu memfasilitasi blokade terhadap negara Teluk kecil tersebut, menurut Jaber al-Harmi, wartawan dan sebelumnya Editor kepala surat kabar Qatar Al-Sharq.
"Sang Menteri bahkan telah berusaha menekan Farmaajo melalui bantuan negara Afrika lainnya," kata al-Harmi kepada The New Arab Senin (12/6/2017).
Sementara itu, menteri luar negeri Qatari Sultan Bin Saad al-Muraikhi tiba di Mogadishu pada hari Ahaf, di mana dia bertemu dengan Farmaajo untuk membahas masalah yang meningkat di wilayah tersebut.
Mogadishu menolak untuk bergabung dengan UEA, Bahrain dan Arab Saudi dalam serangan diplomatik mereka melawan Doha, kendati ada tekanan dari kubu anti-Qatar.
Dalam apa yang tampaknya merupakan tanggapan terhadap neautralitas Somalia, UEA membalas dengan mengusir qari asal Somalia Ismail Madar dari kompetisi Quran Internasional Dubai pada hari Senin.
Sebelum pengusirannya, dia dianggap sebagai favorit juara di antara para pesaing, dengan banyak orang di Somalia mengharapkan dia untuk menang.
Arab Saudi, UEA, Mesir dan Bahrain semua memotong kontak diplomatik dengan Qatar setelah secara resmi menuduhnya melakukan "mensponsori terorisme" pekan lalu.
Dalam apa yang tampaknya merupakan langkah terkoordinasi, pejabat kantor asing menuduh Qatar bertanggung jawab untuk mendukung kelompok Islam dan Al-Qaidah "di semua tingkat" dalam sebuah perselisihan diplomatik yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk kawasan Teluk.
Riyadh mengumumkan di televisi pemerintah bahwa Qatar tidak lagi berpartisipasi dalam koalisi yang dipimpin Saudi di Yaman, mengklaim bahwa Doha telah membantu mendukung pemberontak Syi'ah Houtsi, meskipun tentara Qatar tewas dalam perang melawan mereka.
Doha membantah keras tuduhan tersebut, menunjukkan keputusan untuk memutuskan hubungan telah direncanakan sebelumnya dan didasarkan pada "klaim palsu".
Sementara itu, Kuwait telah memimpin upaya untuk mendamaikan antara pihak-pihak yang bersengketa ketika perselisihan meningkat dengan blokade udara, darat dan laut Qatar.
Pada hari Senin, menteri luar negeri Kuwait, Sheikh Sabah al-Khalid al-Sabah mengatakan bahwa Qatar siap untuk mengadakan dialog dengan negara-negara Teluk Arab yang memutuskan hubungan dengan negara tersebut, mencatat bahwa negara Teluk yang ditengah dimusuhi itu siap untuk mendengarkan kekhawatiran mereka. (st/TNA)