View Full Version
Sabtu, 17 Jun 2017

Hamas Bantah Klaim Islamic State Berada di Balik Serangan yang Menewaskan Polisi Israel di Al-Quds

JALUR GAZA, PALESTINA (voa-islam.com) - Orang Orang Palestina yang ditembak mati di Yerusalem setelah seorang polisi wanita Israel ditikam dengan fatal bukanlah anggota kelompok Islamic State (IS), kata kelompok perlawanan Hamas pada hari Sabtu (17/6/2017).

Kelompok yang berbasis di Gaza itu mengatakan bahwa para penyerang tersebut termasuk dalam kelompok gerakan perlawanan Palestina Hamas dan kelompok kiri setempat, menolak klaim sebelumnya oleh kelompok IS.

"Klaim oleh kelompok Islamic State adalah upaya untuk mengotori perairan," kata juru bicara Hamas Sami Abu Zouhri. Serangan tersebut dilakukan oleh "dua orang Palestina dari Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP-beraliran kiri) dan yang ketiga dari Hamas," katanya.

Islamic State menyatakan bertanggung jawab atas serangan tersebut awal hari ini dalam sebuah pernyataan online, dengan mengatakan bahwa tiga anggota IS telah menargetkan "sebuah pertemuan orang Yahudi" dalam sebuah operasi pada hari Jum'at. Mereka memperingatkan bahwa "serangan ini tidak akan menjadi yang terakhir".

Penusukan tersebut terjadi saat umat Islam menandai akhir dari hari Jum'at ketiga bulan suci Ramadan, di mana puluhan ribu orang Palestina dari Yerusalem timur dan Tepi Barat menghadiri sholat di kompleks masjid al-Aqsa - situs tersuci ketiga Islam.

Pada saat inilah Hadas Malka, sersan polisi Israel berusia 23 tahun, mengalami luka kritis oleh penyerang. Dia kemudian tewas di rumah sakit karena luka-lukanya.

Menurut polisi, dua penyerang tersebut menembaki sekelompok petugas polisi yang membalas tembakan, dan yang ketiga menikam polisi wanita tersebut.

Serangan tersebut menandai pertama kalinya IS mengklaim serangan di Israel, kata kelompok pemantauan SITE. Dalam pernyataannya IS mengatakan serangan tersebut "pembalasan dendam atas agama Allah dan kesucian umat Islam yang dilanggar".

"Biarkan orang-orang Yahudi memperhatikan kematian negara mereka di tangan tentara 'kekhalifahan'," pernyataan tersebut menambahkan. (st/TNA)


latestnews

View Full Version