WASHINGTON, DC (voa-islam.com) - Melanggar tradisi presiden-presiden AS sebelumnya, Donald Trump, memilih untuk tidak menggelar buka puasa bersama menyambut malam Idul Fitri yang telah berlangsung di Gedung Putih selama hampir 20 tahun.
Jamuan malam Idul Fitri dilakoni setiap tahun di Gedung Putih sejak Bill Clinton menjabat presiden, lapor BBC.
Hal ini terjadi setelah Menteri Luar Negeri, Rex Tillerson, dilaporkan menolak rekomendasi jamuan bukber tersebut. Kantor berita Reuters menyebut usulan penggelaran resepsi diajukan bagian keagamaan dan urusan global Kemenlu AS pada Mei lalu.
Trump sebelumnya dikritik karena menggunakan retorika anti-Muslim, termasuk dalam kampanye saat dia menyerukan pemantauan terhadap masjid-masjid AS.
Bagaimanapun, Trump tetap merilis pernyataan ucapan selamat kepada umat Islam dalam rangka Idul Fitri.
"Atas nama rakyat Amerika, Melania dan saya mengirimkan ucapan hangat kepada umat Muslim yang tengah merayakan Idul Fitri," kata Trump.
"Selama liburan ini, kita diingatkan pentingnya pengampunan, belas kasihan, dan iktikad baik. Dengan seluruh umat Muslim di dunia, Amerika Serikat memperbarui komitmen kami untuk menghormati nilai-nilai ini. Eid Mubarak," tambahnya.
Menlu AS Rex Tillerson juga mengeluarkan pernyataan singkat: "Harapan terbaik untuk semua umat Muslim yang merayakan Idul Fitri."
Jamuan malam Idul Fitri di Gedung Putih pertama kali diadakan Presiden Thomas Jefferson pada 1805 untuk menghormati perwakilan dari Tunisia.
Jamuan itu dihidupkan kembali Hillary Clinton pada 1996, saat dia menjadi Ibu Negara.
Acara tersebut menjadi tradisi tahunan pada 1999 dan dihadiri pemuka agama Islam di AS, para diplomat, dan anggota parlemen AS.[fq]