DOHA, QATAR (voa-islam.com) - Bank sentral Qatar mengumumkan bahwa mereka memiliki cadangan sebesar $ 340 miliar (-+ Rp 4570 trilyun) termasuk kepemilikan dana kekayaan negara, cukup memungkinkan negara itu untuk menahan isolasi oleh tetangga-tetangganya di Teluk, gubernur bank sentral Sheikh Abdullah bin Saoud al-Thani mengatakan pada sebuah saluran berita pada hari Senin (10/7/2017).
Doha memiliki cadangan sebesar $ 40 miliar ditambah emas, kata al-Thani, menambahkan bahwa Qatar Investment Authority juga memiliki cadangan $ 300 miliar yang bisa dilikuidasi.
"Ini adalah kredibilitas sistem kami, kami memiliki cukup uang untuk menjaga... semacam kejutan," kata al-Thani kepada CNBC.
Qatar telah menemukan dirinya terisolasi setelah sebuah keputusan bulan lalu oleh Arab Saudi, UEA, Bahrain dan negara-negara lain untuk memutuskan hubungan diplomatik dan transportasi dengan Doha atas dukungannya terhadap "terorisme", tuduhan yang ditolak oleh emirat dengan keras.
Akibatnya riyal Qatar tidak stabil dan saham melemah, namun gubernur bank sentral mengatakan bahwa ekonomi tidak melihat adanya gangguan.
"Qatar telah memiliki sistem yang bagus dan unik. Kami memiliki undang-undang yang ditetapkan untuk melawan semua jenis teroris ini," kata al Thani.
"Kami bekerja sama dengan IMF (Dana Moneter Internasional) dan institusi lain untuk menetapkan undang-undang dan audit serta ulasan kami."
"Kami tidak memiliki tantangan, kami menyambut mereka untuk meninjau semua buku kami, mereka terbuka," tambahnya.
Gubernur bank sentral itu mengatakan ada beberapa arus keluar dana oleh bukan penduduk namun tidak signifikan.
"Ada lebih banyak uang masuk," kata al-Thani, membenarkan bahwa arus masuk lebih besar daripada arus keluar.
Dia mengatakan kontrak jangka panjang di sektor gas dan minyak tidak melihat adanya interupsi.
Lembaga pemeringkat kredit Moody's mengumumkan awal bulan ini bahwa perubahan tersebut mengubah pandangan emirat menjadi negatif dari stabil selama krisis.
Namun para ekonom percaya bahwa Qatar, eksportir gas alam cair terkemuka di dunia, telah merencanakan peningkatan produksi gas untuk mengatasi krisis tersebut. (st/TNA)