DOHA, QATAR (voa-islam.com) - Qatar Selasa kemarin (11/7/2017) menuduh negara-negara Teluk yang tergabung di Dewan Kerjasama Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC) telah membocorkan dokumen ke media mengenai Riyadh Agreements 2013-2014.
Berbicara kepada kantor berita resmi Qatar QNA, Ahmad Al-Thani yang mengepalai Kantor Penghubung Pemerintah Qatar, membuat tuduhan tersebut tanpa menyebutkan negara mana yang sudah membocorkan dokumen itu.
"Pembocoran dokumen bertujuan untuk menggagalkan upaya mediasi Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad Al Sabah dan Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson terhadap krisis antara Qatar dan beberapa negara Arab," kata Al-Thani.
Dia mengatakan Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain mengetahui Perjanjian Riyadh adalah kesepakatan yang jelas dan menetapkan bahwa negara manapun dapat mengeluhkan negara lain atau bersikap negatif. Namun, ketiga negara ini tidak mengajukan keluhan atau meminta pertemuan ke GCC sebelum menjatuhkan sanksi kepada Qatar.
Sebagai gantinya, mereka memilih propaganda hitam melawan Qatar yang menunjukkan dengan jelas bahwa tujuan mereka bukan apakah Perjanjian Riyadh sedang dilaksanakan, Al-Thani menambahkan.
CNN mempublikasikan isi perjanjian yang ditandatangani antara Qatar dan Arab Saudi, UEA, Bahrain, Kuwait serta Oman.
Arab Saudi, UEA dan Bahrain menuduh Qatar melanggar kesepakatan dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa kemarin.
Bulan lalu, Arab Saudi, Mesir, UEA dan Bahrain secara tiba-tiba memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar, menuduh Doha mendukung terorisme.
Arab Saudi juga menutup perbatasan daratnya dengan Qatar, yang secara geografis mengisolasi negara Teluk kecil itu.
Keempat negara mempresentasikan daftar 13 tuntutan ke Qatar yang mencakup penutupan jaringan televisi pan-Arab Al Jazeera, atau menghadapi sanksi lebih lanjut.[fq]