View Full Version
Rabu, 09 Aug 2017

Pendiri Blackwater Tawarkan Ribuan Tentara Bayaran dan 100 Pesawat ke Afghanistan

AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Kontraktor militer swasta AS Erik Prince telah memberi masukan pemerintahan Presiden Donald Trump untuk menyebar para tentara bayaran Barat ke Afghanistan untuk menghemat tenaga dan uang, Press TV melaporkan hari Rabu (9/8/2017).

Prince, yang mendirikan perusahaan tentara bayaran Blackwater USA yang terkenal, yang sekarang disebut Academi, telah mengusulkan rencana dua tahun untuk sekitar 5.000 pembunuh profesional dan 100 pesawat, sehingga total biaya perang AS mencapai kurang dari $ 10 miliar per tahun, Menurut dokumen yang dilihat Financial Times.

Prince, seorang mantan anggota pasukan khusus Navy Seal AS, mengatakan tentang pengeluaran sekarang, kampanye militer Afghanistan akan menelan biaya sebesar US $ 45 miliar tahun ini dan $ 50 miliar berikutnya.

"Kami menghabiskan terlalu banyak di Afghanistan dan ini membuat pemberontakan semakin parah, melalui korupsi dan kebocoran ke Taliban," katanya kepada surat kabar tersebut.

"Saya kemudian mendengar tentang [proposal] lonjakan pasukan yang besar dan saya pikir itu adalah ide bodoh. . . Aku akan mengontrak semuanya; Saya akan menurunkan kewarasan," katanya.

Blackwater mendapat ketenaran yang luas pada tahun 2007 ketika sekelompok tentara bayaran mereka membantai 14 warga sipil Irak dan melukai 18 lainnya menggunakan tembakan dan granat di sebuah persimpangan Baghdad yang sibuk.

Prince, yang mengharapkan untuk mempresentasikan rencana revisi dan pembaharuannya ke Gedung Putih, adala kritikus untuk pendekatan Washington ke Afghanistan, yang misi NATO di bawa pimpinan AS telah merotasi 17 komandan militer dalam 16 tahun.

Prince mengusulkan agar para tentara bayaran tersebut dibayar $ 500 - $ 600 per hari dan akan disewa tidak hanya dari AS, tapi juga dari Inggris, Prancis, Jerman, Swedia, Australia dan Afrika Selatan.

Proposal tersebut dilaporkan ditawarkan atas permintaan Steve Bannon, kepala strategi utama Trump, dan Jared Kushner, menantunya dan penasihat seniornya.

AS saat ini memiliki sekitar 8.400 tentara di Afghanistan, dengan sekitar 5.000 tentara lainnya dari sekutu NATO. Menteri Pertahanan AS James Mattis mengusulkan penambahan sekitar 4.000 lainnya.

Tapi Trump skeptis tentang gelombang pasukan di Afghanistan. Dia ingin menghemat tenaga dan uang dan menghindari terseret ke dalam jenis perang yang dia janjikan kepada para pemilih akan dia hindari.

Pejabat AS mengatakan pekan lalu bahwa keraguan Trump tentang perang di Afghanistan telah menyebabkan penundaan dalam menyelesaikan sebuah strategi baru di negara yang dilanda perang tersebut.

Selama pertemuan 19 Juli di Gedung Putih, Trump menyarankan agar Jenderal Angkatan Darat AS John Nicholson, komandan pasukan Amerika di Afghanistan, harus dipecat karena tidak memenangkan perang, menurut para pejabat  yang berbicara dengan syarat anonim.

Perang di Afghanistan merupakan pertempuran terpanjang dalam sejarah AS dengan menghabiskan biaya sekitar $ 1 triliun (-+Rp 13.300 triyun). Lebih dari 2.400 tentara Amerika telah tewas dan 20.000 lagi terluka di negara ini sejak invasi pada tahun 2001.

Afghanistan masih menderita keresahan dan kekerasan bertahun-tahun setelah Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya menyerang negara itu sebagai bagian dari perang yang disebut Washington melawan teror (baca; Islam). Invasi militer ini menyingkirkan Taliban dari kekuasaan mereka yang sah, namun perjuangan mereka untuk merebut kembali pemerintahan terus berlanjut sampai hari ini. (st/PTV)


latestnews

View Full Version