View Full Version
Kamis, 31 Aug 2017

Seribu Orang Lebih Berdemo di Kuala Lumpur Menuntut Diakhirinya Kekerasan Terhadap Muslim Rohingya

KUALA LUMPUR, MALAYSIA (voa-islam.com) - Hampir 1.200 demonsstran telah turun ke jalan di ibukota Malaysia, Kuala Lumpur, sebagai solidaritas untuk Muslim Rohingya setelah gelombang baru kekerasan meletus melawan komunitas yang dianiaya di Myanmar.

Sebagian besar orang yang melakukan demonstrasi di Kuala Lumpur pada hari Rabu (30/8/2017) adalah Muslim Rohingya sendiri yang takut keluarga mereka terbunuh dan rumah mereka terbakar di Myanmar.

Para demonstran menyerukan diakhirinya kekerasan terhadap minoritas, membawa plakat yang berbunyi, "Berhenti membunuh Rohingya."

Seorang pemrotes Rohingya berusia 20 tahun, yang menyebut namanya sebagai Niamutullah, mengatakan, "Mati, mereka semua mati, mereka ditembak." "Saya belum bisa menghubungi mereka selama dua hari," tambahnya, sambil menggelengkan kepalanya dan menutupi wajahnya dengan tangannya.

Polisi membubarkan demonstrasi tersebut, menahan hampir 155 orang. Salah satu tahanan berusaha membakar dirinya sendiri, menurut polisi.

Anamul Hassan, seorang demonstran lain yang ditangkap oleh polisi mengatakan beberapa menit sebelum penahanan, "Adik laki-laki dan perempuan saya menangis ketika saya berbicara dengan mereka dua hari yang lalu: Ke mana kita pergi? Kita tidak punya tempat untuk pergi?".

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan Malaysia menampung hampir 60.000 pengungsi dan pencari suaka minoritas Rohingya.

Muslim Rohingya, sebuah komunitas yang berjumlah lebih dari satu juta orang, telah ditolak kewarganegaraannya dan akses terhadap hak-hak dasar karena negara mayoritas Budha di Myanmar memandang mereka sebagai imigran gelap dari negara tetangga Bangladesh.

Rohingya menolak klaim tentang asal-usul mereka dan mengatakan nenek moyang mereka telah tinggal di daerah itu selama beberapa dekade.

Para ekstremis Budha telah melancarkan kekerasan komunal di negara bagian Rakhine di Myanmar sejak tahun 2012. Ratusan orang telah terbunuh dan puluhan ribu dipaksa pergi dari rumah mereka.

Selain itu, Rakhine telah berada di bawah penguncian militer, yang datang dengan dorongan "kontra pemberontakan" sejak serangan yang diduga terjadi pada penjaga perbatasan negara itu pada 9 Oktober tahun lalu.

Sembilan petugas polisi tewas dalam serangan tersebut, yang oleh pemerintah dipersalahkan pada pejuang Rohingya bersenjata.

Sedikitnya 110 orang tewas dalam serangan kekerasan baru yang telah mencengkeram wilayah tersebut sejak enam hari lalu.

Pemerintah telah menyalahkan "militan" dalam upaya untuk membenarkan respon keamanannya yang berat.

Organisasi Internasional untuk Migrasi mengatakan pada hari Rabu bahwa tindakan keras pemerintah di Myanmar telah memaksa 18.500 anggota masyarakat Rohingya melarikan diri ke Bangladesh dalam waktu kurang dari seminggu.

PBB yakin bahwa pemerintah Myanmar telah melakukan pembersihan etnis dan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam tindakan keras terhadap Rohingya. (st/ptv) 


latestnews

View Full Version