MAKKAH, ARAB SAUDI (voa-islam.com) - Pemain sepak bola asal Senegal dan mantan pemain Beşiktaş Demba Ba pada hari Ahad (3/9/2017) meminta umat Islam untuk mengambil tindakan untuk melindungi Muslim Rohingya di Myanmar, di tengah laporan tentang meningkatnya jumlah kematian dan pemindahan paksa umat Islam.
Berbicara kepada kantor berita Anadolu di kota suci Mekah setelah melakukan rangkaian ibadah haji, Ba mengatakan bahwa masyarakat internasional memikul tanggung jawab besar untuk perkembangan di Myanmar.
"Semua orang melihat dan tahu apa yang terjadi tapi tidak ada yang benar-benar bertindak atau berbicara untuk menghentikan ini," kata Ba.
Mantan striker Chelsea tersebut juga memuji usaha Turki dalam membantu Muslim Rohingya, mengatakan bahwa tidak ada negara lain yang melakukan upaya sebanyak Turki untuk membantu komunitas Muslim yang teraniaya tersebut.
Kekerasan meletus di negara bagian Rakhine di Myanmar pada 25 Agustus ketika pasukan keamanan negara tersebut melancarkan operasi terhadap komunitas Muslim Rohingya. Ini memicu masuknya pengungsi baru ke negara tetangga Bangladesh, meskipun negara tersebut menutup perbatasannya dengan para pengungsi.
Laporan media mengatakan pasukan keamanan Myanmar menggunakan kekuatan yang tidak proporsional, menggusur ribuan warga desa Rohingya dan menghancurkan rumah mereka dengan mortir dan senapan mesin.
Laporan dari para saksi yang selamat menggungkapkan pasukan keamanan membakar penduduk Rohingya hidup-hidup dan bahkan memenggal kepala anak-anak.
Negara bagian Rakhine telah mengalami ketegangan antara populasi Budha dan Muslim sejak kekerasan komunal terjadi pada tahun 2012.
Sebuah tindakan keras yang dilakukan pada bulan Oktober yang lalu di Maungdaw, di mana Rohingya menjadi mayoritas, menyebabkan sebuah laporan PBB mengenai pelanggaran hak asasi manusia oleh pasukan keamanan yang mengindikasikan kejahatan terhadap kemanusiaan.
PBB mendokumentasikan pemerkosaan massal, pembunuhan - termasuk bayi dan anak kecil - pemukulan brutal, dan penghilangan paksa. Perwakilan Rohingya mengatakan sekitar 400 orang telah terbunuh dalam tindakan keras tersebut. (st/ds)