View Full Version
Senin, 18 Sep 2017

Hujan Lebat Semakin Menambah Kesengsaraan Pengungsi Muslim Rohingya di Bangladesh

UKHIA, BANGLADESH (voa-islam.com) - Hujan yang lebat pada hari Ahad (17/9/2017) semakin menumpuk kesengsaraan baru pada ratusan ribu Muslim Rohinyga yang terjebak di kamp darurat di Bangladesh setelah melarikan diri dari kekerasan di Myanmar.

Ini terjadi ketika pihak berwenang memulai sebuah usaha untuk memaksa mereka pindah ke tempat baru.

Dengan kekurangan makanan dan air yang membuat hidup terasa berat, hujan deras membawa kondisi rawa-rawa ke banyak bagian kota perbatasan Cox's Bazar yang telah menjadi magnet bagi Muslim Rohingya.

Sekitar 7,7 cm hujan turun dalam 24 jam dan diperkirakan bertambah lagi dalam dua hari ke depan, kata Departemen Cuaca Bangladesh.

Pihak berwenang Bangladesh, yang telah mengeluarkan pembatasan perjalanan terhadap Rohingya, melancarkan operasi pada Sabtu malam untuk memindahkan puluhan ribu orang dari kamp-kamp di pinggir jalan dan gubuk-gubuk di lereng bukit menuju sebuah kamp baru raksasa.

PBB mengatakan 409.000 orang Rohingya sekarang telah memenuhi Cox's Bazar sejak 25 Agustus ketika militer di Myanmar yang mayoritas umat Buddha meluncurkan operasi di negara bagian Rakhine.

Karena kamp-kamp yang ada sudah penuh dengan 300.000 Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan sebelumnya, sebagian besar warga Rohingya terpaksa tinggal di udara terbuka atau di bawah lembaran plastik tipis.

Polisi berkeliling ke jalan-jalan dengan pengeras suara memerintahkan keluarga-keluarga yang kelelahan untuk pergi ke kamp Balukhali di Cox's Bazar, yang sedang dibersihkan untuk membangun tempat penampungan baru.

"Kami memindahkan mereka dari pinggir jalan dimana banyak dari mereka tinggal," Khaled Mahmud, juru bicara pemerintah untuk distrik Cox's Bazar mengatakan kepada AFP.

Mahmud mengatakan secara bertahap semua Warga Rohingya baru akan dibawa ke Balukhali.

Pada hari Sabtu, polisi Bangladesh mengeluarkan perintah baru yang keras yang melarang warga Rohingya untuk pindah dari wilayah yang ditentukan.

Perintah tersebut bahkan mencegah mereka berlindung dengan teman dan saudara mereka. Pos pemeriksaan telah disiapkan di titik transit utama.

Dengan ribuan lainnya Rohingya tiba setiap hari, pemerintah Bangladesh khawatir para pengungsi bisa menggerogoti kota-kota lain di seluruh negeri.

Namun PBB sudah memperingatkan kondisi yang tidak dapat ditolerir di kamp-kamp seputar Cox's Bazar.

Hujan "telah melipatgandakan kesengsaraan mereka," kata Mohammed Kai-Kislu, kepala polisi di Ukhia dekat Cox's Bazar, rumah baru bagi banyak orang Rohingya.

Pekerja bantuan mengatakan ribuan orang Rohingya basah oleh kembalinya musim hujan setelah beberapa hari tidak turun.

Arfa Begum dan tujuh keluarganya mencoba bersembunyi di bawah pohon karet di dekat pemukiman Balukhali dimana mereka tiba lima hari sebelumnya.

"Mereka mengusir kami dari perkebunan karet," katanya, merujuk pada polisi dan penjaga perbatasan yang memaksa para pengungsi keluar dari tempat penampungan darurat.

"Butuh waktu berjam-jam untuk menemukan tempat yang aman. Kami basah kuyup, "katanya kepada AFP.

Dihadapkan dengan kubangan lumpur yang menyebar, Muslim Rohingya sudah mulai membangun karpet bambu untuk melewati tanah yang banjir.

Seorang pakar hak asasi manusia di Cox's Bazar mendesak pemerintah untuk menutup sekolah lokal selama tiga hari untuk mengizinkan orang Rohingya berkemah di dalamnya.

"Ini adalah bencana lain yang sedang berlangsung. Ribuan orang Rohingya tidak memiliki tempat untuk bersembunyi saat hujan turun, "kata Nur Khan Liton, yang memimpin kelompok hak asasi Bangladesh Ain O Salish Kendra, kepada AFP.

Dia mengatakan bahwa memindahkan orang Rohingya dari pinggir jalan dan ruang terbuka harus dihentikan karena ini adalah masalah mereka.

Kondisi memburuk bagi Rohingya dalam apa yang bisa menjadi minggu kunci dalam krisis.

Peraih Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi, yang banyak dikritik di seluruh dunia karena tidak mengutuk kekerasan terhadap Rohingya, harus menghadapi kemarahan global meski tidak membuat marah militer, yang memiliki kekuatan besar.

Jenderal Min Aung Hlaing, kepala tentara Myanmar yang sedang melakukan gencatan senjata, meminta pendirian "bersatu" dalam menangani krisis namun tidak memberikan tanda konsesi.

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina telah tiba di Majelis Umum PBB di New York untuk meminta bantuan lebih besar untuk mengatasi para pengungsi dan memberi tekanan lebih besar kepada Myanmar mengenai kasus tersebut.

Dia akan berbicara pada majelis PBB pada hari Kamis.


latestnews

View Full Version