View Full Version
Kamis, 21 Sep 2017

Penderitaan Rohingya di Bangladesh Bertambah Setelah Banjir Bandang Hanyutkan Barang Bawaan Mereka

COX'S BAZAR, BANGLADESH (voa-islam.com) - Sejumlah pengungsi Muslim Rohingya telah dibiarkan terdampar di Bangladesh setelah banjir bandang menyapu tenda dan barang-barang darurat mereka, beberapa hari setelah mereka lolos dari kebiadaban di tangan militer Myanmar.

Kantor berita Anadolu Agency saat mengunjungi sebuah daerah di sepanjang perbatasan Bangladesh dengan Myanmar pada hari Rabu (20/9/2017), menyaksikan ratusan pengungsi berjalan melewati banjir saat mereka berusaha menyelamatkan diri.

Banjir tersebut dikatakan telah mencapai daerah perbatasan, sekitar 80 kilometer selatan kota Cox's Bazar, Selasa, yang menyapu bersih semua barang kecil milik para pengungsi, yang kebanyakan adalah perempuan dan anak-anak.

Rashida Mujeeb adalah salah satu korban yang sangat mencari perlindungan dan masa depan yang lebih baik bagi ketiga anaknya yang masih kecil.

Ibu berusia 34 tahun itu mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa dia sendirian karena suaminya dibantai oleh tentara Myanmar di provinsi Maungdaw.

Dia meninggalkan rumahnya dengan segenap barang kecil yang bisa dia bawa setelah terjadinya kekerasan dan sekarang banjir bandang di Bangladesh bahkan menghanyutkan barang-barang tersebut darinya.

"Kami berjalan selama lima hari untuk sampai ke sini dari Rakhine tapi sekarang barangnya hilang," kata Rashida.

Dia menggambarkan situasi tanpa harapannya sebagai "ujian ilahi" dan mengatakan bahwa dia akan terus mencari tempat penampungan yang lain segera.

Seperti Rashida, ratusan pengungsi lainnya terlihat sangat berusaha melindungi anak-anak dan barang-barang mereka dari daerah terendam.

Solim Hossain, seorang pengungsi berusia 67 tahun, yang tampak tersesat di antara kerumunan orang banyak, mengatakan: "Saya tidak tahu harus berbuat apa." Sejak 25 Agustus, lebih dari 421.000 orang Rohingya telah menyeberang dari negara bagian Rakhine di Myanmar ke Bangladesh, menurut PBB.

Para pengungsi tersebut melarikan diri dari operasi keamanan baru di mana pasukan keamanan dan gerombolan ekstrimis Budha membunuhi para pria, wanita dan anak-anak, memperkosa, menjarah rumah dan membakar desa-desa Rohingya.

Menurut Menteri Luar Negeri Bangladesh Abul Hasan Mahmood Ali, sekitar 3.000 orang Rohingya tewas dalam tindakan keras tersebut.

Rohingya, yang digambarkan oleh PBB sebagai orang-orang yang paling teraniaya di dunia, telah menghadapi ketakutan yang meningkat atas serangan tersebut sejak ratusan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada tahun 2012.

Oktober lalu, setelah serangan terhadap pos-pos perbatasan di distrik Maungdaw Rakhine, pasukan keamanan melancarkan tindakan keras selama lima bulan di mana, menurut kelompok Rohingya, sekitar 400 orang terbunuh.

PBB mendokumentasikan perkosaan massal, pembunuhan - termasuk bayi dan anak kecil - pemukulan brutal, dan penghilangan yang dilakukan oleh petugas keamanan.

Dalam sebuah laporan, penyidik ​​PBB mengatakan bahwa pelanggaran tersebut mungkin merupakan sebuah kejahatan terhadap kemanusiaan. (st/aa) 


latestnews

View Full Version