View Full Version
Ahad, 24 Sep 2017

Hampir Seluruh Penduduk Muslim Rohingya di Rakhine Myanmar Telah Mengungsi ke Banngladesh

DHAKA, BANGLADESH (voa-islam.com) - Banjir pengungsi Rohingya ke Bangladesh terhenti, pejabat Dhaka mengatakan pada hari Sabtu (23/9/2017), hampir sebulan setelah kekerasan meletus di Negara Bagian Rakhine di Myanmar dan mengirim hampir 430.000 orang yang melarikan diri melintasi perbatasan.

Pejabat itu tidak memberikan alasan untuk angka yang berkurang drastis.

Namun para pemimpin Muslim Rohingya mengatakan hal itu mungkin karena desa-desa yang terletak di dekat perbatasan di negara bagian Rakhine, Myanmar sekarang kosong dari penduduk, dengan kata lain seluruh penduduk Muslim Rohingya bisa jadi telah mengungsi ke Bangladesh atau tewas akibat operasi militer Myanmar.

Komandan Pasukan Perbatasan Bangladesh mengatakan sekarang hampir tidak ada pengungsi terlihat menyeberang dengan kapal yang berasal dari Myanmar atau mencoba melewati perbatasan darat.

"Penjaga kami belum melihat orang Rohingya datang dalam beberapa hari ini. Gelombang tersebut sudah berakhir," Komandan Pengawal Perbatasan Bangladesh SM Ariful Islam mengatakan kepada AFP.

Dalam dua minggu terakhir ini, ada 20.000 orang yang memasuki Bangladesh.

PBB mengatakan 429.000 orang Rohingya mencari perlindungan di Bangladesh sejak operasi besar militer Myanmar di negara bagian Rakhine setelah serangan 25 Agustus.

Banyak yang menyerahkan uang dan perhiasan untuk mendapatkan tempat di kapal yang melintasi sungai Naf, yang menandai bagian dari perbatasan Bangladesh-Myanmar.

Sekarang PBB juga mengatakan "arus masuk telah turun". Dikatakan mereka sekarang akan merilis update jumlah pengungsi yang memasuki Bangladesh seminggu sekali, bukan setiap hari.

Desa-desa sepi Para pemimpin masyarakat Rohingya mengatakan sebagian besar desa Rakhine di dekat perbatasan Bangladesh sekarang telah ditinggalkan.

"Hampir semua orang yang saya kenal telah tiba di Bangladesh," Yusuf Majihi, seorang pemimpin Rohingya di sebuah kamp di Balukhali, dekat Cox's Bazar, mengatakan kepada AFP.

"Desa demi desa menjadi kosong karena serangan tentara Myanmar dan pembakaran rumah oleh Moghs (umat Budha)," tambahnya. "Mereka yang tertinggal di Rakhine tinggal jauh dari perbatasan," katanya.

Farid Alam, pemimpin Rohingya lainnya, mengatakan: "Saya belum pernah mendengar ada orang Rohingya yang melintasi perbatasan dalam lima hari terakhir. Yang bisa saya lihat hanyalah orang-orang yang berkonsentrasi di dekat kamp-kamp utama."

Pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi mengklaim pekan ini bahwa tentara telah menghentikan "operasi pembersihan" yang menargetkan pejuang Rohingya di daerah perbatasan Myanmar.

Perserikatan Bangsa-Bangsa sebelumnya mengatakan bahwa tindakan keras militer bisa berarti "pembersihan etnis".

Amnesty International mengatakan video baru dan citra satelit menunjukkan bahwa kebakaran masih berkecamuk di desa Rohingya, beberapa di antaranya telah terbakar habis.

Menurut data pemerintah, hampir 40 persen desa Rohingya di Rakhine utara telah ditinggalkan selama sebulan terakhir.

Human Rights Watch pada hari Sabtu juga menggemakan tuduhan dari pejabat Bangladesh bahwa pasukan keamanan Myanmar menanam ranjau darat di sepanjang perbatasan.

Sejumlah Rohingya, termasuk anak-anak, telah terbunuh oleh ranjau di perbatasan.

Pemerintah Bangladesh sementara itu meningkatkan upaya untuk mengamankan distribusi bantuan yang kacau bagi para pengungsi, di mana kamp-kamp berada di ambang "bencana kesehatan", kata Dokter Without Borders (MSF) pada hari Jum'at.

Bahkan sebelum eksodus terakhir, kamp-kamp tersebut telah menampung sekitar 300.000 orang Rohingya yang telah melarikan diri dari kekerasan sebelumnya di Rakhine. (st/TNA) 


latestnews

View Full Version