NIAMEY, NIGER (voa-islam.com) - Tiga anggota komando pasukan khusus Angkatan Darat AS telah tewas dan dua lainnya terluka di Niger
Dikenal sehari-hari sebagai Baret Hijau, pasukan khusus tersebut diserang di negara Afrika Barat pada hari Rabu (3/10/2017), sumber-sumber mengatakan kepada Associated Press.
Pasukan tersebut berada di dekat ibu kota Niamey saat kejadian itu terjadi, kata beberapa pejabat yang tidak mau disebut namanya.
Dua tentara AS lain yang terluka dilaporkan dibawa ke rumah sakit di Niamey, di mana mereka berada dalam kondisi stabil.
Belum ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab atas peristiwa tersebut namun afiliasi Al-Qaida di Maghreb Islam (AQIM) menjadi "tersangka" utama.
Lima tentara Niger termasuk di antara korban tewas, kata Namatta Abubacar, pejabat daerah Tillaberi di Niger.
Pasukan tersebut diduga merupakan bagian dari patroli gabungan AS-Niger, yang beroperasi di utara Niamey dan dekat perbatasan Mali, saat mereka dihujani "tembakan musuh," menurut pernyataan yang dikeluarkan kemudian oleh Komando Afrika AS.
Mereka seharusnya memberikan "pelatihan dan bantuan keamanan" kepada Angkatan Bersenjata Niger untuk melawan jiadis di sana.
Langkah-langkah Angkatan Darat AS di negara miskin tersebut melibatkan "dukungan untuk usaha intelijen, pengawasan dan pengintaian (ISR)," terbaca pernyataan tersebut.
Menurut Gedung Putih, Presiden AS Donald Trump diberitahu tentang serangan mematikan itu saat dia terbang dengan Air Force One dari Las Vegas ke Washington pada Rabu malam.
"Kami bekerja untuk mengkonfirmasi rincian insiden tersebut dan akan mendapatkan lebih banyak informasi segera setelah kami dapat mengkonfirmasi fakta di lapangan," kata seorang juru bicara Komando Afrika AS kepada The Washington Post.
Sebuah sumber diplomat Niger juga mengatakan kepada Reuters bahwa para penyerang telah melintasi perbatasan dari Mali.
"Para militan ini telah terbukti sangat tangguh, mengeksploitasi keluhan lokal dan / atau etnik untuk membaur ke dalam masyarakat serta batas-batas politik dan perbedaan untuk lolos dari penangkapan," J. Peter Pham, seorang wakil presiden di Pusat Afrika Dewan Atlantik di Washington, mengatakan The New York Times. "Bukan kebetulan serangan ini terjadi di dekat perbatasan Niger dengan Mali, sebuah daerah yang telah mengalami banyak kejadian dalam beberapa tahun terakhir." (St/ptv)