BERLIN, JERMAN (voa-islam.com) - Sejumlah perusahaan Jerman yang mengalami serangan cyber dalam tiga tahun terakhir telah meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan tiga tahun hingga 2015 dan angka tersebut terus berkembang, lapor sebuah studi hari Kamis kemarin (5/10/2017).
Dari 450 perusahaan Jerman yang disurvei oleh perusahaan audit dan konsultan EY, 44 persen mengatakan bahwa mereka telah dimata-matai. Namun Bodo Meseke, pakar EY, mengatakan banyak perusahaan tidak memperhatikan adanya serangan.
Studi tersebut menemukan bahwa 67 persen manajer di perusahaan besar - yang memiliki omset lebih dari satu miliar euro ($ 1,17 miliar) - menyatakan adanya peningkatan jumlah serangan pada bisnis mereka secara signifikan.
Para manajer melihat bahaya terbesar datang dari Rusia, diikuti oleh Cina, dan Amerika Serikat.
"Baru-baru ini, ancaman tersebut meningkat dengan cepat dan itu berasal dari sisi yang berbeda. Selain intelijen dan pesaing bisnis, kejahatan terorganisir semakin menjadi musuh," kata Meseke.
Sebuah studi terpisah oleh lembaga pemungutan suara Allensbach untuk Deloitte yang juga terbit pada hari Kamis menunjukkan bahwa 27 persen eksekutif di perusahaan menengah dan besar mengatakan bahwa bisnis mereka terkena serangan cyber setiap harinya.
Empat tahun lalu, hanya 12 persen menderita serangan sehari-hari.
Studi Allensbach, berdasarkan wawancara dengan politisi dan perusahaan, menemukan bahwa 97 persen responden melihat serangan hacker berskala besar paling "mungkin" atau "sangat" mungkin terjadi.
Tiga perempat dari mereka yang ditanyai merasakan risiko serangan cyber besar yang akan menargetkan fasilitas infrastruktur seperti jaringan listrik atau rumah sakit dan sama banyaknya dengan virus komputer.[fq/reuters]