RAKHINE, MYANMAR (voa-islam.com) - Pejuang Rohingya mengatakan pada hari Sabtu (7/10/2017) bahwa gencatan senjata satu bulan yang mereka umumkan beberapa waktu lalu akan berakhir dalam dua hari, namun menambahkan bahwa mereka terbuka untuk perdamaian jika pemerintah melakukan timbal-balik.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan melalui akun Twitter-nya, Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) mengatakan bahwa gencatan senjata sepihak akan berakhir pada tengah malam pada tanggal 9 Oktober.
"Jeda kemanusiaan dilakukan untuk memungkinkan pelaku kemanusiaan menilai dan merespons krisis kemanusiaan di Arakan (Rakhine)," kata pernyataan tersebut.
"Jika pada tahap apapun, pemerintah Burma cenderung untuk kedamaian, maka ARSA akan menyambut baik kecenderungan dan timbal-balik itu," katanya, menggunakan bekas nama untuk negara Myanmar.
Pernyataan itu tidak termasuk ancaman langsung untuk kekerasan baru.
Para pejuang ARSA menyerang kantor polisi dan markas tentara pada 25 Agustus, menewaskan puluhan pasukan keamanan dan melukai ratusan lainnya.
Pembalasan tentara tanpa pandang bulu telah begitu kejam dan biadab yang PBB katakan sebagai kemungkinan pembersihan etnis minoritas Muslim, yang telah menghadapi puluhan tahun penganiayaan.
Lebih dari setengah juta Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh dalam enam minggu, sebuah eksodus yang telah berputar ke dalam salah satu krisis pengungsi paling mendesak di dunia.
Dalam pernyataannya, ARSA mengatakan telah membantu memberikan "jalan yang aman" kepada para pengungsi yang melarikan diri ke Bangladesh.
Sementara pertumpahan darah terburuk tampaknya telah mereda dalam beberapa pekan terakhir, puluhan ribu Rohingya terus mengalir ke Bangladesh, melewati wilayah yang dilanda kekerasan dimana ratusan desa telah hilang menjadi abu yang membara.
Pengungsi Rohingya dan kelompok hak asasi manusia mengatakan tentara melakukan pembakaran dengan bantuan massa ekstrimis Budha. (St/nahar)