MOGADISHU, SOMALIA (voa-islam.com) - Pembom jibaku yang bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan lebih dari 300 orang di Mogadishu pada hari Sabtu adalah seorang mantan tentara Somalia yang kota kelahirannya diserbu oleh Amerika Serikat, the Guardian mengungkapkan dalam sebuah laporan investigasi khusus hari Selasa (17/10/2017).
Penyidik yakin serangan Sabtu lalu mungkin telah dimotivasi oleh balas dendam atas serangan kontra-terorisme AS dan Somalia yang menewaskan puluhan warga sipil pada Agustus.
Sepuluh warga sipil terbunuh dalam serangan tersebut, termasuk tiga anak berusia antara enam dan sepuluh tahun.
Warga sipil berusaha melarikan diri dari serangan tersebut namun ditembak dan dibunuh.
Pasukan pimpinan AS melakukan serangan di kota Bariire, wilayah Shebelle yang lebih rendah, untuk mencari pejuang Al-Shabaab yang terkait dengan Al-Qaidah.
Para pejuang Al-Shabaab tidak ditemukan di desa tersebut, karena mereka telah dibersihkan oleh pasukan Somalia pada awal tahun yang sama.
Ledakan bom ganda Sabtu menewaskan lebih dari 300 warga sipil yang telah dijuluki sebagai serangan pemboman paling mematikan di Somalia sejak perjuangan bersenjata Al-Shabaab dimulai pada 2007.
Tidak ada kelompok yang menyatakan bertanggung jawab atas serangan tersebut namun Presiden Mohamed Abdullahi Farmajo menyalahkan Al-Shabaab atas pemboman itu, dengan mengklaim bahwa "sidik jari" kelompok bersenjata itu dapat dilacak dalam serangan tersebut.
"Inilah sidik jari mereka, inilah yang telah mereka lakukan," katanya kepada Al Jazeera.
Tidak diketahui mengapa Farmajo membuat pernyataan tersebut saat ini.
Di desa penyerang kemarin, sebuah serangan pesawat tak berawak menargetkan sebuah rumah membunuh delapan warga sipil, termasuk lima pria dan tiga wanita.
Tidak jelas siapa yang melakukan serangan Drone tersebut.
Pemerintah AS secara teratur melakukan serangan pesawat tak berawak di Somalia dan telah menewaskan 510 orang dan melukai 54 lainnya sejak 2007, menurut Biro Investigasi Jurnalisme.
Presiden Donald Trump telah menyediakan Central Intelligence Agency (CIA) dan militer AS otoritas penargetan yang lebih luas di Somalia, melihat sebagian wilayah tersebut sebagai "medan tempur sementara". (st/MeMo)