KOTA MARAWI, FILIPINA (voa-islam.com) - Pasukan Filipina terkunci dalam baku tembak perkotaan yang intens pada hari Ahad (22/10/2017) dengan sisa-sisa aliansi pejuang pro-Islamic State (IS) terakhir, ketika tentara berusaha untuk mengumumkan akhir sebuah krisis keamanan internal terbesar di negara tersebut selama bertahun-tahun.
Diperkirakan 30 orang, termasuk pejuang dan beberapa anggota keluarga mereka, berjuang untuk mempertahankan sebuah bangunan dua lantai yang dibentengi di sebelah Danau Lanao yang luas di Marawi, dan siap untuk berperang sampai mati, menurut wakil komandan operasi tersebut. .
"Hanya ada satu bangunan dan mereka berada di dalam," kata Kolonel Romeo Brawner pada sebuah konferensi pers.
"Kami percaya ini adalah orang-orang yang memutuskan untuk melawannya, karena mereka percaya bahwa jika mereka mati di sana mereka akan pergi ke Surga."
Brawner mengatakan tentara menggunakan pengeras suara untuk mendesak mereka untuk menyerah, dan mengantisipasi baku tembak bisa berlangsung sampai tengah malam.
Mereka tidak tahu berapa banyak orang di gedung itu yang masih hidup atau mati, katanya.
Pengepungan Marawi telah mengejutkan Filipina dan memicu kekhawatiran yang lebih luas bahwa para pendukung setia IS telah belajar bagaimana berkembang di daerah Muslim yang miskin di pulau Mindanao dan menggunakan hutan dan gunung-gunungnya sebagai landasan untuk melancarkan serangan.
Ketakutan tersebut ditambah dengan kemampuan jihadis Marawi untuk merekrut pejuang muda, menimbun sejumlah besar senjata dan menahan serangan darat dan serangan udara lima bulan yang menghancurkan kota tersebut.
Militer mendapat keuntungan signifikan dengan pembunuhan Isnilon Hapilon pekan lalu, amir Islamic State di Asia Tenggara dan Omarkhayam Maute, pemimpin kelompok pejuang Maute.
Pemimpin lain dan kemungkinan donatur dalam operasi tersebut, Mahmud Ahmad dari Malaysia, kemungkinan juga terbunuh, kata militer.
Brawner mengatakan pihak berwenang percaya bahwa pejuang asing termasuk di antara mereka yang masih bertempur dan sekarang jelas ada kekosongan kepemimpinan.
"Pada titik ini kita tidak tahu siapa sebenarnya pemimpinnya," tambahnya. "Pasukan pemerintah kita akan berusaha melakukan segalanya untuk menyelesaikan baku tembak hari ini."
Pasukan telah memulai penarikan bertahap dan pihak berwenang dapat segera mengizinkan beberapa penduduk kembali ke rumah yang tidak rusak akibat pertempuran tersebut, yang mengakibatkan sedikitnya 300.000 orang mengungsi.
Lebih dari 1.000 orang terbunuh dalam pertempuran 5 bulan tersebut.
Pemerintah memperkirakan pembangunan kembali Marawi bisa menghabiskan biaya setidaknya 50 miliar peso. (st/AN)