DOHA, QATAR (voa-islam.com) - Amir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani telah memperingatkan bahwa setiap tindakan militer terhadap negara Teluk Persia itu akan menceburkan wilayah tersebut ke dalam kekacauan ketika perselisihan diplomatik berlanjut antara Doha dan sebuah kelompok negara yang dipimpin oleh Saudi.
"Saya takut jika terjadi sesuatu, setiap tindakan militer terjadi, kawasan ini akan kacau balau," kata Sheikh Tamim dalam sebuah wawancara dengan jaringan televisi Amerika CBS yang akan disiarkan Ahad (29/10/2017) malam.
Dia juga mencatat bahwa Presiden AS Donald Trump telah menawarkan untuk menjadi tuan rumah pertemuan di antara sisi-sisi yang berperang dalam krisis Teluk Persia di Camp David, namun blok yang dipimpin Saudi tidak menanggapi usulan tersebut.
Trump telah "menyarankan agar kami datang dan saya langsung memberitahunya, 'Tuan Presiden, kami sangat siap, saya sudah lama meminta dialog. Seharusnya pertemuan ini segera berlangsung, tapi saya tidak mendapat tanggapan dari negara lain," kata emir Qatari.
Pada bulan Juni, Arab Saudi, Mesir, Bahrain, dan UEA memberlakukan embargo perdagangan dan diplomatik ke Qatar, menuduh Doha mendukung terorisme, sebuah tuduhan ditolak keras oleh Doha.
Kuartet yang dipimpin oleh Saudi memberikan Qatar daftar tuntutan dan memberinya sebuah ultimatum untuk mematuhi atau menghadapi konsekuensi.
Tuntutan tersebut mencakup penutupan kantor berita penyiaran Al Jazeera, menyingkirkan pasukan Turki dari tanah Qatar, menimbang kembali kerjasama dengan Iran, dan mengakhiri hubungan dengan gerakan Ikhwanul Muslimin Mesir.
Doha, bagaimanapun, menolak untuk memenuhi tuntutan tersebut dan mencela mereka karena tidak beralasan.
Awal bulan ini, mantan wakil perdana menteri Qatar Abdullah bin Hamad al-Attiyah mengatakan kepada harian ABC berbahasa Spanyol bahwa UEA telah merencanakan sebuah invasi militer ke Qatar dengan ribuan tentara bayaran yang terlatih di AS, namun gagal untuk mendapatkan dukungan Washington.
Di tempat lain dalam wawancaranya, Sheikh Tamim menekankan bahwa blokade yang diberlakukan di Qatar telah menargetkan "kemerdekaannya".
Ketika ditanya apakah Qatar akan tunduk pada tuntutan dari blok yang dipimpin Saudi, dia berkata, "Kedaulatan kami adalah garis merah. Kami tidak menerima siapapun yang mencampuri kedaulatan kami."
Menyentuh hubungan Doha dengan Teheran, amir Qatar itu menekankan bahwa meskipun ada perbedaan, "Iran adalah tetangga kita ... satu-satunya cara bagi kita untuk menyediakan makanan dan obat-obatan untuk rakyat kami adalah melalui Iran" selama pengepungan yang dipimpin oleh Saudi.
Iran telah mengambil sikap netral dalam perselisihan tersebut namun telah mengirim pasokan makanan ke Qatar dengan alasan kemanusiaan di tengah pengepungan negara tersebut di Arab Saudi.
Ini juga memungkinkan maskapai nasional Qatar menggunakan wilayah udaranya. (st/ptv)