TEPI BARAT, PALESTINA (voa-islam.com) - Kepala polisi Palestina mengatakan pada hari Rabu (8/11/2017) bahwa Hamas harus melucuti senjata mereka untuk mengizinkan sebuah kesepakatan rekonsiliasi yang ditandatangani bulan lalu dengan saingan Fatah agar berhasil.
Komentar Hazem Atallah muncul saat retakan mulai nampak dalam kesepakatan rekonsiliasi Palestina yang dimediasi oleh Mesir mengenai masalah kontrol keamanan Jalur Gaza.
Otoritas Palestina (PA) menambil alih kembali kendali Jalur Gaza, saat ini masih dikuasai oleh gerakan perlawanan Hamas, pada 1 Desember.
"Kami berbicara tentang satu otoritas, satu undang-undang, satu senjata," kata Atallah kepada wartawan di Ramallah di Tepi Barat yang diduduki, menggemakan satu garis dari presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Ketika ditanya apakah dia bisa mengizinkan sayap bersenjata Hamas untuk mempertahankan senjata mereka saat bertanggung jawab atas polisi di Gaza, dia berkata: "Tidak mungkin".
"Tidak mungkin, bagaimana saya bisa melakukan keamanan saat ada semua roket dan senjata dan apa pun itu? Tidak mungkin.
"Kalau tidak, bagaimana saya bisa bertanggung jawab? Siapa yang akan berdiri dan berkata 'Saya adalah kepala polisi, saya yang bertanggung jawab,' jika saya tidak mengendalikan semuanya? '
Dia mengatakan bahwa 8.000-9.000 polisi Palestina yang bekerja di Gaza sebelum Hamas mengambil alih pada tahun 2007 akan kembali ke jabatan mereka, menolak gagasan untuk menggabungkan dengan polisi pimpinan Hamas yang ada.
Ini, lanjutnya, akan membutuhkan dukungan finansial besar karena anggaran polisi akan efektif berlipat ganda.
Hamas merebut Gaza pada tahun 2007 setelah perang saudara dengan Fatah, yang saat ini mendominasi Otoritas Palestina.
Bulan lalu, dua partai politik tersebut menandatangani sebuah perjanjian rekonsiliasi yang ditengahi Mesir dimana Hamas dimaksudkan untuk menyerahkan kendali Gaza pada 1 Desember.
Kesepakatan yang ditandatangani di Kairo tidak menentukan masa depan sayap bersenjata Hamas, Brigade Izzuddin Al-Qassam. Hamas sejauh ini menolak untuk melucuti senjata.
Pada tanggal 1 November, Hamas menyerahkan kontrol penyeberangan perbatasan dalam sebuah tes kunci pertama.
Namun, dalam sebuah tanda ketegangan, Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah mengatakan pada hari Selasa bahwa Otoritas Palestina masih tidak memiliki kendali penuh atas penyeberangan tersebut 1, dengan Hamas mendominasi polisi dan keamanan di Gaza.
Hamas menolaknya, dengan sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa pihaknya telah mentransfer kekuasaan sepenuhnya.
Hamas, yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa, telah bertempur dengan tiga perang dengan Israel sejak 2008.
Israel telah mempertahankan blokade yang melumpuhkan di Gaza selama satu dekade, sementara Mesir juga telah menutup perbatasannya sebagian besar dalam beberapa tahun terakhir.
Beberapa usaha rekonsiliasi sebelumnya telah gagal. (st/TNA)