RIYADH, ARAB SAUDI (voa-islam.com) - Koalisi Saudi yang memerangi pemberontak Syi’ah Houtsi di Yaman mengatakan pada hari Rabu (22/11/2017) mereka akan membuka kembali pelabuhan utama Laut Merah dan bandara Sana’a untuk bantuan kemanusiaan.
Koalisi menerapkan blokade lebih dua pekan lalu menyusul sebuah serangan roket pemberontak Syi’ah Houtsi ke Riyadh.
Dikatakan mereka akan membuka pelabuhan Hodeida untuk menerima “bahan bantuan kemanusiaan dan bantuan mendesak” dan bandara Sana’a untuk pesawat-pesawat PBB mulai dari Kamis pukul 09.00 pagi, tapi tidak mengatakan apakah mereka akan memudahkan blokade untuk penerbangan komersil.
Pelabuhan Hodeida yang dikuasai pemberontak Syi’ah Houtsi yang merupakan kaki tangan Syi’ah Iran merupakan jalur utama untuk import makanan dan obat-obatan yang sangat dibutuhkan untuk Yaman. Pelabuhan ini juga menjadi tempat masuknya senjata seludupan yang dikirim dari pemerintah Syi’ah Iran untuk pemberontak Houtsi.
Koalisi pimpinan Saudi menerapkan blokade total pada pelabuhan Hodeida dan bandar udara Sana’a dua hari setelah serangan roket pemberontak Syi’ah Houtsi ke ibukota Riyadh pada 4 November.
Roket tersebut dapat dicegat di dekat Bandara Internasional King Khalid di Riyadh, menimbulkan perang kata-kata antara Teheran dan Riyadh yang menuduh negara Syi’ah tersebut melakukan “agresi langsung” dan mensuplai persenjataan untuk pemberontak Syi’ah Houtsi.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 9 November menyerukan agar blokade dicabut, dengan memperingatkan bahwa jika tidak, Yaman akan menghadapi "kelaparan terbesar yang telah dialami dunia selama berpuluh-puluh tahun".
Pemerintah pemberontak Syi’ah Houtsi pada hari Selasa mengklaim bahwa bandara internasional utama negara tersebut berfungsi penuh sepekan setelah serangan udara yang dipimpin Saudi menghancurkan sistem navigasi fasilitas tersebut.
Bandara telah terbuka untuk hanya memilih penerbangan kemanusiaan.
Bersekutu dengan mantan presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, pemberontak Syi’ah Houtsi yang didukung Iran mengendalikan ibu kota Sanaa bersama sebagian besar Yaman utara.
Pada tahun 2015, Arab Saudi dan sekutu-sekutunya bergabung dalam perang pemerintah Yaman melawan pemberontak.
Lebih dari 10.000 orang telah terbunuh.
Negara ini juga menghadapi epidemi kolera yang mematikan dan jutaan orang berada di ambang kelaparan resmi. (st/TNA)