SANA'A, YAMAN (voa-islam.com) - Bentrokan di ibukota Yaman antara pemberontak Syi'ah Houthi dan loyalis mantan presiden Ali Abdullah Saleh menyebabkan 14 orang tewas pada hari Rabu (29/11/2017), kata petugas medis dan pejabat.
Pertempuran meletus di sekitar masjid pusat Sana'a, yang terbesar di Yaman, setelah pemberontak Syi'ah Houtsi mencoba merebutnya menjelang perayaan maulid Nabi Muhammad di hari Kamis.
"Houtsi berusaha mengendalikan masjid untuk mengantisipasi demonstrasi pada hari Kamis" di alun-alun yang berdekatan, kata seorang pejabat dari Kongres Rakyat Umum Saleh, yang meminta tidak disebutkan namanya.
Penjaga masjid, pendukung Saleh, menolak, memicu baku tembak di antara kedua kubu tersebut, kata pejabat GPC.
Pertempuran tersebut kemudian menyebar ke distrik terdekat yang dikendalikan oleh loyalis Saleh.
Pejabat itu mengatakan bahwa empat pendukung Saleh tewas di tempat kejadian dan yang kelima tewas karena luka-luka di rumah sakit.
Sembilan pemberontak Syi'ah Houtsi juga mati dalam pertempuran itu, kata beberapa pejabat di dua rumah sakit di ibukota tersebut.
Pemimpin pemberontak Syi'ah Houtsi Abdulmalik al-Houtsi pada hari Rabu mendesak pendukung mereka di seluruh Yaman untuk pergi ke Sana'a untuk demonstrasi tersebut.
Selama beberapa dekade bermusuhan, kekuatan nasionalis yang setia kepada Saleh dan Syi'ah Houtsi yang didukung Iran bergabung dalam satu barisan pada tahun 2014 untuk mendorong pemerintah Presiden Abdu Rabbu Mansour Hadi keluar dari Sana'a.
Hal itu mendorong koalisi pimpinan Saudi untuk melakukan intervensi pada tahun berikutnya untuk mendukung pemerintahan Hadi.
Perang tersebut telah menewaskan sekitar 8.600 orang, sementara 2.000 lainnya telah meninggal karena kolera.
Meskipun ada blokade yang melumpuhkan yang diterapkan oleh koalisi, pasukan Syi'ah Houtsi dan Saleh terus bersama-sama mengendalikan Sana'a, namun ketegangan di antara mereka meningkat sejak perselisihan publik pada bulan Agustus.
Pemberontak Syi'ah Houtsi menuduh Ali Abdullah Saleh melakukan pengkhianatan setelah mantan presiden Yaman itu secara terbuka menolak mengakui pemberontak yang menjadi kaki tangan Iran itu sebagai "milisi".
Partai GPC Saleh bulan lalu menuduh pemberontak Syi'ah Houtsi melakukan "kampanye yang diatur" melawan mantan orang kuat tersebut dan tidak memiliki "keinginan untuk mempertahankan kemitraan".
Pemberontak Syi'ah Houtsi menanggapi bahwa GPC telah melanggar kesepakatannya dengan menerima dana dari pemerintah Hadi. (st/TNA)