DAMASKUS, SURIAH (voa-islam.com) - Pemerintah Suriah telah menggunakan munisi tandan (cluster) yang dilarang secara internasional dalam serangan di pinggiran kota yang dikepung oleh rezim Assad, kata Amnesty International pada hari Kamis (30/11/2017).
Ghouta Timur, sebuah daerah pinggiran yang dikuasai oposisi di timur laut ibukota Suriah, Damaskus, berada di bawah pengepungan ketat rezim diktator Suriah Bashar al-Assad sejak 2013.
Amnesty mengatakan pada hari Kamis bahwa setidaknya 10 warga sipil telah meninggal karena penggunaan bom cluster buatan Soviet yang dilarang.
Kelompok hak asasi manusia iti mengatakan bahwa informasi mereka didasarkan pada wawancara dengan para aktivis, verifikasi video dan fotografer independen.
Amnesty mengatakan bahwa senjata sembarangan tersebut sangat membahayakan warga sipil karena sifat mereka yang sembarangan. Badan pengawas tersebut mengatakan bahwa mereka pertama kali muncul di Suriah setelah Rusia mulai menyerang kelompok anti-pemerintah pada bulan September 2015.
Sekitar 400.000 warga sipil diyakini terjebak di kota tersebut. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengungkapkan keprihatinan "serius" atas situasi yang memburuk di Ghouta Timur dengan kebutuhan penduduk yang tidak terpenuhi.
Badan Anak PBB UNICEF mengatakan pada hari Rabu bahwa wilayah tersebut memiliki tingkat gizi buruk tertinggi yang pernah tercatat sejak awal konflik Suriah.
Sebuah survei bulan November di daerah yang dikeping di luar Damaskus itu menunjukkan 11,9 persen anak balita menderita gizi buruk akut, "tingkat tertinggi yang pernah tercatat di Suriah" sejak konflik dimulai. Ghouta Timur adalah salah satu benteng oposisi terakhir yang tersisa di Suriah.
Beberapa pekan terakhir telah melihat peningkatan kekerasan dan kelompok bantuan telah mengungkapkan keprihatinan "serius" atas situasi yang memburuk di wilayah tersebut.
Konflik Suriah dimulai ketika rezim Baath, yang berkuasa sejak 1963 dan dipimpin oleh Assad, menanggapi demonstrasi damai yang menuntut reformasi demokratis dengan kekuatan militer brutal selama gelombang pemberontakan Musim Semi Arab, sehingga memicu pemberontakan bersenjata yang didorong oleh pembelotan massal dari tentara Suriah yang tidak tahan melihat kekejian para loyalis Assad.
Taktik brutal yang dilakukan terutama oleh rezim tersebut, yang mencakup penggunaan senjata kimia, pengepungan, eksekusi massal dan penyiksaan terhadap warga sipil telah menyebabkan penyelidikan kejahatan perang. (st/TNA)