View Full Version
Selasa, 05 Dec 2017

Putra Mantan Presiden Yaman Bersumpah Balas Kematian Ayahnya yang Dibunuh Syi'ah Houtsi

SANA'A YAMAN (voa-islam.com) - Putra mantan presiden terguling Yaman Ali Abdullah Saleh bersumpah untuk melakukan balas dendam terhadap pemberontak Syi'ah Houtsi yang membunuh pemimpin tersebut setelah dia beralih ke sisi dalam perang saudara, TV al-Ekbariya milik Saudi melaporkan pada hari Selasa (5/12/2017).

Mantan Presiden Yaman, Saleh, bergabung dengan barisan pemberontak Syi'ah Houtsi yang didukung Iran pada tahun 2014 untuk merebut Sana'a dan mengusir pemerintahan Presiden Abdu Rabbu Mansour Hadi yang diakui secara internasional.

Aliansi rapuh tersebut menjadikan mereka melawan koalisi pimpinan-Arab yang mendukung Presiden Hadi.

Perpecahan internal bagaimanapun menyebabkan aliansi pemberontak Yaman, yang menguasai ibukota sejak tahun 2014, meledak dalam beberapa hari terakhir dengan pasukan keamanan melaporkan sekitar 60 petempur yang tewas dalam bentrokan antara kedua belah pihak di ibu kota.

Saleh yang pada hari Sabtu mengumumkan akhir aliansi tiga tahun dengan Houtsi dibunuh oleh pemberontak yang didukung Iran tersebut pada hari Senin saat ia berusaha melarikan diri dari ibu kota. Ibukota Yaman sepi pada hari Selasa setelah lima hari pertempuran dan serangan semalam.

Pemakaman Saleh diperkirakan akan dilanjutkan pada hari Selasa waktu setempat. Yaman sekarang terjun ke dalam ketidakpastian, dan banyak tergantung pada kesetiaan masa depan para loyalisnya yang berpihak pada Houtsi sampai hari Sabtu.

Putra Saleh, Ahmed, dilaporkan meminta para loyalisnya untuk "mengambil kembali Yaman dari milisi Houthi Iran", dengan mengatakan: "Saya akan memimpin pertempuran sampai Houtsi terakhir dilempar keluar dari Yaman ... darah ayah saya akan menjadi neraka di telinga dari Iran."

Perang Yaman telah menewaskan lebih dari 10.000 orang sejak perebutan kekuasaan oleh pemberontak Syi'ah Houtsi dimulai.

Negara ini sekarang menghadapi apa yang telah digambarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia. (st/TNA) 


latestnews

View Full Version