RIYADH, ARAB SAUDI (voa-islam.com) - Arab Saudi telah membebaskan 23 dari 200 orang sangat berpengaruh yang ditahan sejak November karena tuduhan korupsi setelah mereka mencapai kesepakatan pembayaran dengan pemerintah, surat kabar Okaz melaporkan pada hari Selasa (26/12/2017).
Laporan tersebut tidak menyebut nama mereka yang terlibat dalam pembebasan skala massal pertama sejak para bangsawan, pengusaha dan pejabat pemerintah ditahan dalam tindakan keras yang dipelopori oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS).
Para tersangka telah ditahan di hotel mewah Ritz-Carlton Riyadh sejak awal November dan diminta menyerahkan aset dan uang tunai sebagai ganti kebebasan mereka.
Okaz mengatakan bahwa lebih banyak tahanan akan dibebaskan dalam beberapa hari mendatang dan proses persidangan akan segera dimulai bagi mereka yang terus menolak membayar “uang tebusan” mereka.
Pihak berwenang Saudi menganggap pembayaran “uang tebusan” tersebut bukan sebagai pemerasan tapi sebagai kewajiban untuk mengganti uang yang mereka klaim diambil secara ilegal dari produsen minyak top dunia itu selama beberapa dekade.
Video yang diposkan di media sosial menunjukkan Saoud al-Daweesh yang tersenyum, mantan chief executive Saudi Telecom, yang memberi tahu bahwa dia diperlakukan dengan sopan.
"Urusan Khusus (sebuah unit dari pengadilan kerajaan) membawakan kita hidangan domba siang dan malam. Mereka memperlakukan kami dengan baik dan melakukan pekerjaan dengan baik," klaimnya.
The Wall Street Journal melaporkan pada hari Ahad bahwa di antara mereka yang telah dibebaskan dalam sepekan terakhir adalah Ibrahim al-Assaf, seorang mantan menteri keuangan dan anggota dewan dari Saudi Aramco, mantan asisten menteri keuangan Mohammed bin Homoud Al Mazyed, Pangeran Turki bin Khalid , dan pengusaha Mohy Saleh Kamel.
Surat kabar tersebut juga melaporkan pada hari Senin bahwa pihak berwenang Saudi meminta miliarder Pangeran Al-Waleed Bin Talal, yang ditahan dalam tindakan keras tersebut, mengelontorkan $ 6 milyar sebagai imbalan atas pembebasannya.
Sang pangeran, yang telah dituduh melakukan pemerasan, penyuapan dan pencucian uang, dilaporkan menolak memberikan pembayaran semacam itu karena akan dianggap sebagai pengakuan bersalah.
"Dia menginginkan penyelidikan yang tepat," kata seorang sumber yang dekat dengan pangeran, berbicara dengan Wall Street Journal.
"Diperkirakan al-Waleed akan memberi [MBS] masa sulit."
Mereka yang ditangkap dituduh telah menipu Arab Saudi miliaran dolar, karenanya maka pembayaran ganti rugi diminta oleh pemerintah Saudi.
Pada bulan November, Pangeran Mutaib Bin Abdullah - putra almarhum Raja Abdullah - dibebaskan dari tahanan setelah dilaporkan membayar uang tebusan $ 1 miliar USD. (st/MEE)