TEHERAN, IRAN (voa-islam.com) - Aplikasi perpesanan Telegram menutup salah satu salurannya sesuai permintaan rezim Syi'ah Iran pada hari Sabtu (30/12/2017), hari ketiga demonstrasi di Iran, setelah dilaporkan melanggar persyaratan penggunaan aplikasi populer tersebut dengan mempromosikan penggunaan kekerasan, kata laporan di Twitter.
Sebuah saluran pada aplikasi Telegram, AmadNews, dilaporkan menginstruksikan pelanggannya untuk menggunakan bom molotov melawan polisi di tengah demonstrasi yang meluas terhadap rezim Syi'ah Iran.
Ini melanggar persyaratan penggunaan Telegram yang mencakup peraturan "tidak ada seruan untuk kekerasan". Menurut pengguna Twitter, AmadNews sedang memainkan peran penting dalam mengorganisir pemrotes.
CEO dan pendiri Telegram Pavel Durov men-tweet pada hari Sabtu bahwa saluran AmadNews telah ditangguhkan, dan memperingatkan pengguna untuk "berhati-hati - ada garis yang tidak boleh dilewati." Tweet Durov disambut dengan kemarahan, menuduhnya berkolaborasi dengan diktator.
Gelombang demonstrasi spontan atas ekonomi lemah Iran menyapu Teheran dan kota-kota Iran lainnya untuk hari ketiga yang berlangsung pada hari Sabtu, dengan para pemrotes meneriakkan penentangan mereka terhadap pemerintah hanya beberapa jam setelah kelompok garis keras mengadakan demonstrasi mereka sendiri untuk mendukung mullah Republik Syi'ah tersebut.
Tweets yang tersebar secara luas dari Iran menunjukkan demonstran merobohkan simbol-simbol rezim, termasuk tanda dan papan reklame dengan gambar Pemimpin Tertinggi Iran Ali Kameni. (st/Hareetz)