SINAI, MESIR (voa-islam.com) - Cabang Islamic State (IS) di Semenanjung Sinai Mesir pada hari Rabu (3/1/2018) meminta para pendukungnya untuk menyerang Hamas dalam sebuah video eksekusi mati saat ketegangan yang berlangsung lama antara kelompok yang bersaing itu meletus ke tempat terbuka.
Video berdurasi 22 menit tersebut memuncak dengan eksekusi salah satu anggota IS, ditembak di belakang kepala karena diduga menyelundupkan senjata ke Hamas.
"[Hamas] menggunakan senjata seludupannya untuk memberdayakan yang tidak dinyatakan oleh Tuhan. Mereka juga melawan pendukung Islamic State di Gaza dan Sinai dan mencegah migrasi para pendukung IS di Gaza ke Sinai," kata seorang pembicara dalam video tersebut, yang disebut sebagai Abu Kazem al-Maqdisi, seorang pengkhotbah Islamic State di Sinai, yang berasal dari Gaza.
Abu Kazem Al-Maqdisi meminta para pendukung IS untuk menyerang markas keamanan dan gedung pengadilan Hamas di Gaza, karena ini adalah "pilar tirani."
Di akhir video, narator tersebut menyatakan bahwa seorang pria bernama Musa Abu Zamat, yang pernah berada di jajaran Islamic State Wilayat Sinai, dijatuhi hukuman mati karena "menyelundupkan senjata kepada orang-orang murtad dari Brigade Izzuddin Al-Qassam," mengacu pada sayap militer Hamas.
Terdakwa kemudian ditembak di belakang kepala.
Sang eksekutor diidentifikasi dalam laporan berita sebagai Muhammad al-Dajani, mantan anggota cabang militer Hamas di Gaza.
Keluarga Dajani mengeluarkan sebuah pernyataan kepada pers yang mengutuk tindakannya dalam video tersebut.
Hamas, sebuah kelompok perlawanan Palestina yang bersumpah untuk menghancurkan Israel, telah memerintah Gaza selama satu dekade namun telah secara teratur dikritik oleh kelompok-kelompok Salafi jihadi di Jalur Gaza.
Hamas telah menahan puluhan anggota Salafi Jihadi, yang terus menjadi sumber ketegangan antara kedua belah pihak.
Kelompok perlawanan Palestina yang menguasai Gaza itu telah lama dituduh oleh pemerintah negara tetangga Mesir membantu pemberontakan IS di wilayah utara Sinai yang bergolak di Mesir.
Dalam beberapa bulan terakhir, Hamas telah meningkatkan keamanan di sepanjang perbatasan selatan Gaza dengan Mesir yang berusaha meyakinkan Kairo bahwa mereka memerangi para simpatisan IS.
Tindakan keras Hamas terhadap pejuang Wilayat Sinai adalah bagian penting untuk memulihkan hubungan antara Hamas dan Kairo, yang sejak saat itu memainkan peran kunci dalam kesepakatan rekonsiliasi Palestina.
Ratusan tentara Mesir, petugas polisi dan warga sipil tewas dalam pertempuran pahit melawan pemberontakan IS di Sinai.
Tapi baru-baru ini mereka juga mengalihkan perhatian mereka ke Hamas.
Pada bulan Agustus, seorang anggota kelompok IS melakukan pemboman jibaku pertama terhadap pasukan Hamas di Gaza, menewaskan seorang penjaga perbatasan.
Dalam video berdurasi 22 menit tersebut, Islamic State juga menyalahkan Hamas karena gagal mencegah keputusan Presiden AS Donald Trump pada bulan Desember untuk mengumumkan Yerusalem sebagai ibukota Israel. Video itu sendiri dimulai dengan klip pengumuman dari Gedung Putih.
Islamic State juga mengecam Hamas karena gagal melawan orang Yahudi karena alasan yang benar.
Video tersebut menunjukkan klip pemimpin Hamas yang mengatakan bahwa kelompok itu tersebut hanya melawan orang-orang Yahudi karena menduduki tanah Palestina, dan bahwa Hamas tidak berselisih dengan agama Yahudi.
Narator dalam video tersebut mengkritik Hamas karena tidak memerangi orang-orang Yahudi karena "kepercayaan palsu" mereka.
Wilayat Sinai, dalam video tersebut, juga mengkritik Hamas karena menerima nilai-nilai demokrasi dengan berpartisipasi dalam pemilu dengan faksi-faksi Palestina yang bersaing dan karena menjadi agen Iran.
Hamas mengatakan bahwa saat ini Iran adalah pendukung militer terbesar mereka.
Pada hari Kamis, juru bicara Hamas Salah Bardawil mengecam video IS, menyebutnya sebagai "produksi Zionis."
"Video tersebut adalah "produksi Zionis di mana alat-alat Arab berpartisipasi untuk mendistorsi perlawanan ... Inilah yang agen intelijen Zionis dan antek-anteknya telah usahakan," tulisnya dalam sebuah pernyataan di Twitter.
Bardawil berpendapat bahwa konflik Hamas dengan Salafi Jihadi tidak bersifat ideologis, melainkan masalah keamanan. (st/Hareetz)