ANKARA, TURKI (voa-islam.com) - Uni Emirat Arab (UEA) dikatakan berada di balik gelombang pembunuhan yang menargetkan para pemimpin terkemuka kelompok pejuang anti-Assad antara 2014-2015, yang membuka jalan bagi Islamic State (IS) dan Komunis Partai Pekerja Kurdistan (PKK) untuk maju ke wilayah yang dikuasai oposisi.
Setelah memperoleh informasi tentang keberadaan pemimpin oposisi melalui badan intelijennya, UAE kemudian menyampaikan informasi rahasia ini ke rezim Assad yang melakukan serangan yang membunuh komandan Jaisyul Islam Zahran Alloush, pemimpin Ahrar Al-Sham Hassan Abboud dan 45 jajaran senior kelompok tersebut, menurut Abu Ali, seorang anggota kelompok oposisi.
Sebuah serangan yang menewaskan seluruh pemimpin senior Ahrar Al-Sham
Zahran Alloush, yang merupakan pemimpin salah satu kelompok oposisi terbesar di Suriah, Jaisyul Islam, gugur pada tanggal 25 Desember 2015 setelah serangan udara di Ghouta Timur.
Pemimpin Ahrar al-Sham Hasan Abboud gugur bersama dengan 45 anggota peringkat tinggi kelompok oposisi terkemuka tersebut setelah serangan kimia yang menargetkan pertemuan rahasia di markas mereka di Idlib pada 9 September 2014.
Menurut informasi yang diungkapkan oleh Abu Ali, yang bertugas di Jabhat Islamiyah selama dua tahun antara 2014-2016, UEA memainkan peran dalam pembunuhan tersebut, mengkhianati oposisi Suriah dengan bantuan intelijen Saudi.
Peran Saudi
Abu Ali menekankan bahwa Arab Saudi pada awalnya memainkan peran penting dalam mendukung oposisi melawan rezim Assad melalui seorang kolonel intelijen Saudi bernama Abul Kassim yang mengambil posisi berpengaruh pada tahap tersebut.
"Satu-satunya alat komunikasi Komandan Alloush adalah telepon satelit yang diberikan kepadanya oleh orang Saudi tersebut, yang menggunakannya untuk melacak gerakannya sebelum serangan yang menewaskannya dilakukan," kata Abu Ali.
"Setelah penyelidikan dilakukan setelah serangan tersebut, terungkap bahwa UEA pertama kali menunjuk posisinya dan kemudian Menteri Luar Negeri UEA Abdullah Zayed memberi tahu saudara laki-laki Bashar Assad, Maher Al-Assad tentang keberadaannya," lanjutnya.
"Kami juga tahu bahwa Muhammad Bin Zayed dan saudaranya Abdullah memainkan peran dalam pembantaian Amir Ahrar Al-Sham Hassan Abboud dan 45 teman-temannya tahun 2014," Abu Ali mengatakan.
Israel tahu tentang serangan tersebut
"Sejak tahun 2015, kami mulai mengerti lebih jelas bahwa beberapa kelompok yang menjadi sekutu kami selama perang memiliki tujuan yang berbeda.
"Setelah 2015, kami juga melihat bahwa beberapa informasi yang kami bagi kepada beberapa sekutu kami telah sampai ke Israel. Kami mengetahui bahwa informasi yang diberikan kepada kami tentang lokasi Alloush, di antara topik rahasia lainnya, juga telah sampai ke Israel.
"Setelah pembunuhan tersebut, kerja sama antara Israel, UEA, Rusia dan rezim Assad dalam pembunuhan Alloush menjadi jelas," kata Abu Ali.
PKK / IS dibawa ke tempat kejadian
"Selama periode yang menyaksikan Ahrar Al-Sham menjadi sasaran sabotase, kelompok teror PKK / PYD dan Islamic State (IS) secara bersamaan menjadi lebih aktif. Itulah awal kemunduran dari kelompok perlawanan.
Tahap pembunuhan dan sabotase juga dimulai dengan syahidnya pemimpin Liwa Al-Tawhid Abdulkadir Saleh di Madrasah Aleppo al-Mashahd," Abu Ali menyimpulkan.
PKK terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Turki, Uni Eropa dan Amerika Serikat. (st/ys)
Foto: Hassan Aboud, Pemimpin Ahrar Al-Sham