KABUL, AFGHANISTAN (voa-islam.com) - Utusan presiden Rusia untuk Afghanistan mengatakan ada indikasi bahwa militer AS mengizinkan anggota kelompok Islamic State (IS), yang telah mengalami kekalahan serius di Suriah dan Irak, untuk menyusup ke Afghanistan.
"Perlu dicatat bahwa ekstremis itu sendiri dan senjata untuk mereka, menurut sejumlah catatan saksi, sering dipindahkan ke wilayah Afghanistan dengan helikopter tanpa menggunakan logo," kata Zamir Kabulov pada hari Kamis (8/2/2018).
Kabulov menambahkan, "Dengan AS dan NATO mengendalikan sepenuhnya langit di Afghanistan, ada banyak alasan untuk percaya bahwa mereka memiliki tangan dalam hal itu, atau setidaknya, tidak menghambat penerbangan ini, terlepas dari fakta bahwa Washington dan Brussels menyangkal hal itu."
November lalu, mantan Presiden Afghanistan Hamid Karzai mengklaim kepada jaringan berita televisi Qatar bahwa AS berkolusi dengan IS di Afghanistan, dan membiarkan Islamic State berkembang di negara yang dilanda konflik tersebut.
"Menurut pandangan saya, di bawah kehadiran penuh [AS], pengawasan, militer, politik, intelijen, Daesh telah muncul. Dan selama dua tahun, orang-orang Afghanistan datang, menangis keras karena penderitaan mereka, pelanggaran. Tidak ada yang selesai, "katanya.
Karzai lebih lanjut mencatat bahwa pejabat AS menggunakan IS sebagai alasan untuk menjatuhkan bom 11-ton GBU-43 Massive Ordnance Air Blast (MOAB), yang dijuluki 'Mother of all Bombs', di distrik Achin di provinsi timur Afghanistan Nangarhar pada tanggal 13 April , 2017.
Pada tanggal 23 Desember 2017, Kabulov memperingatkan bahwa sekitar 10.000 anggota kelompok Islamic State hadir di Afghanistan, dan jumlah mereka terus bertambah.
Dia menekankan bahwa Moskow sangat khawatir tentang pijakan IS yang meluas di provinsi Afghanistan utara yang berbatasan dengan Tajikistan dan Turkmenistan.
"Rusia termasuk yang pertama yang membunyikan alarm sehubungan dengan kemunculan Daesh di Afghanistan," klaim diplomat Rusia peringkat tinggi tersebut.
"Daesh telah meningkatkan kekuatannya secara signifikan di negara ini baru-baru ini. Menurut perkiraan kami, jumlah militan melebihi 10.000 dan terus bertambah, terutama karena militan baru tiba dari Suriah dan Irak, "kata Kabulov pada saat itu. (st/ptv)