AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Guatemala akan memindahkan kedutaan besarnya di Israel ke Yerusalem dari Tel Aviv pada bulan Mei, dua hari setelah kedutaan AS melakukan langkah yang sama, kata Presiden Guatemala Jimmy Morales pada hari Ahad (4/3/2018) di sebuah konferensi di Washington.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Presiden Trump karena telah memimpin. Keputusannya yang gagah berani telah mendorong kita untuk melakukan yang benar, "kata Morales dalam sebuah pidato di konferensi kebijakan tahunan Komite Publik Amerika Israel, menurut sebuah terjemahan dari ucapannya di situs web AIPAC.
Pada akhir Desember lalu Morales mengatakan bahwa dia telah menginstruksikan pihak berwenang Guatemala untuk memulai "koordinasi yang diperlukan masing-masing" sebelum memindahkan kedutaan negara tersebut dari Tel Aviv ke Yerusalem, namun tidak memberikan informasi lebih lanjut mengenai kapan proses pemindahan akan dimulai.
Dalam sebuah postingan Facebook, Morales mengatakan bahwa keputusan tersebut diambil setelah dia berbicara dengan PM Israel Benjamin Netanyahu.
Sebagaimana diketahui, Guatemala, yang Morales sebut merupakan sekutu dekat Zionis Israel, adalah satu dari hanya tujuh negara yang memberikan suara menentang sebuah resolusi PBB yang mendesak Amerika untuk membalikkan pengakuannya atas Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Guatemala yang secara ekonomi bergantung pada bantuan Amerika Serikat memberikan keputusan ini setelah Majelis Umum PBB menyetejui resolusi yang meminta AS untuk menarik pengakuannya atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Presiden Amerika Donald Trump pada bulan Desember mengakhiri kebijakan Amerika selama puluhan tahun dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan menyatakan bahwa dia akan memindahkan kedutaan negara tersebut ke kota yang diperebutkan itu.
Relokasi kedutaan dari Tel Aviv akan memberi sinyal pengakuan Washington terhadap negara Yahudi dan Yerusalem sebagai ibukotanya.
Yerusalem adalah isu utama dalam konflik Israel-Palestina dan langkah tersebut telah menyebabkan kemarahan yang meluas di wilayah itu dan mendapat kecaman internasional. (st/MeMo)