View Full Version
Kamis, 08 Mar 2018

Jadi Relawan Bulan Sabit Merah Turki, Mahir Zain Kunjungi Kamp Pengungsi Rohingya

BANGLADESH (voa-islam.com) - Musisi asal Swedia yang berdarah Lebanon, Maher Zain mengunjungi pengungsi Muslim Arakan di Bangladesh dan berpartisipasi dalam kegiatan bantuan kemanusiaan yang dilakukan oleh Bulan Sabit Merah Turki di wilayah tersebut.

Menurut informasi dari Bulan Sabit Merah Turki, Maher Zain kemarin berkunjung ke Cox's Bazar, dalam rangka mengunjungi pengungsi Muslim Arakan yang menyelamatkan diri ke Bangladesh akibat adanya kekerasan di Myanmar.

Sebagai relawan Bulan Sabit Merah Turki, Maher Zain mengikuti kegiatan distribusi makanan dan peralatan kebersihan kepada orang-orang yang membutuhkan di kamp Balukhali.

Maher Zain mengatakan bahwa dirinya sangat senang menjadi perantara untuk menyampaikan kepada masyarakat dunia mengenai kegiatan bantuan kemanusiaan oleh Bulan Sabit Merah Turki yang penuh dengan pengabdian.

Sebelumnya pada bulan Mei 2017, atas undangan Bulan Sabit Merah Turki, Maher Zain juga mendatangi Somalia untuk mendukung upaya bantuan kemanusiaan internasional dan menarik perhatian masyarakat dunia pada bencana kelaparan dan kemiskinan di sana.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa pengungsi Rohingya yang menyeberang dari Myanmar ke Bangladesh sejak 25 Agustus 2017 telah mencapai 688.000 jiwa.

Dalam pernyataan tertulis yang dirilis Selasa, WHO mengatakan, kamp-kamp Rohingya - yang disebut sebagai wilayah permukiman terbesar di dunia - berisiko menyebarkan wabah penyakit.

Direktur regional WHO untuk kawasan Asia Tenggara, Poonam Khetrapal Singh, mengatakan pemerintah Bangladesh dan badan mitra telah berusaha keras untuk mencegah penyebaran penyakit seperti wabah kolera, campak, dan difteri.

"Meskipun begitu, tantangannya semakin besar, banyak, dan terus-menerus. Untuk menanggulangi krisis ini diperlukan upaya dan kontribusi dari semua pihak demi peningkatan layanan kesehatan bagi penduduk," ungkap dia.

PBB menyebut Rohinya sebagai kaum paling teraniaya di dunia, yang telah menderita sejumlah serangan sejak kekerasan komunal meletus pada 2012.[fq/anadolu]


latestnews

View Full Version