DAMASKUS, SURIAH (voa-islam. com) - Kampanye brutal yang diluncurkan oleh pemerintah Suriah dan sekutunya terhadap daerah kantong terkepung Ghouta timur yang dikuasai oposisi telah menyebabkan lebih seribu warga sipil tewas, kata sebuah kelompok pengawas perang pada hari Sabtu (10/3/2018).
"Korban tewas telah mencapai 1.031 warga sipil, setelah delapan orang tewas hari ini di Harasta dan Arbin," kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.
Pasukan pemerintah dan milisi sekutu meluncurkan kampanye militer mereka terhadap Ghouta Timur pada tanggal 18 Februari dan sejak itu telah menguasai lebih dari separuh wilayah tersebut, menentang seruan global untuk menghentikan kebiadaban tersebut.
Sebagai pukulan terhadap oposisi Suriah, pasukan rezim membagi daerah kantong yang terkepung menjadi tiga bagian dan memotongnya satu sama lain, sehingga kota utama Douma benar-benar terisolasi.
Petugas kesehatan dan petugas penyelamat tidak dapat melewati jalan-jalan yang dipenuhi reruntuhan untuk mengobati yang terluka dan membawa mereka ke klinik lapangan.
Sedikitnya 20 warga sipil, termasuk empat anak, tewas di Douma pada hari Sabtu, di samping 17 warga sipil di kota-kota medan perang lainnya, kata Observatorium tersebut. Jumlah korban tewas 1.031 mencakup 219 anak. Lebih dari 4.350 orang terluka.
Dewan lokal oposisi yang menjalankan Douma mengeluarkan "panggilan darurat" yang mendesak pada hari Sabtu ke organisasi internasional.
"Tempat penampungan dan ruang bawah tanah penuh, dan orang-orang tidur di jalanan dan di taman umum," kata pernyataan tersebut.
"Selama tiga hari, sulit untuk mengubur orang mati karena pengeboman yang hebat di pemakaman," tambahnya.
Kelompok bantuan dan LSM telah mengecam kebrutalan rezim, dengan Save the Children menggambarkan tingkat kerusakan kampanye bahkan melebihi krisis Aleppo pada tahun 2016.
Badan anak UNICEF mengeluarkan sebuah pernyataan kosong untuk menanggapi tingkat kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"UNICEF mengeluarkan pernyataan kosong ini. Kami tidak lagi memiliki kata-kata untuk menggambarkan penderitaan anak-anak dan kemarahan kami," katanya.
"Apakah orang-orang yang menimbulkan penderitaan masih memiliki kata-kata untuk membenarkan tindakan barbar mereka?".
Ghouta Timur adalah rumah bagi lebih dari 400.000 orang yang tinggal di bawah pengepungan rezim yang melumpuhkan, dengan sedikit akses terhadap makanan atau sumber daya medis.
Para pemimpin dunia dan pejabat pemerintah telah secara tajam mengkritik rezim Assad karena pemboman tanpa pandang bulu dan meminta segera dihentikan.
Bagaimanapun, kampanye pengeboman yang meningkat tersebut mengindikasikan bahwa rezim tersebut tidak peduli terhadap seruan itu dan sedang membuka jalan untuk segera melakukan penyerangan.
Ghouta Timur, dikuasai oleh oposisi sejak 2012, adalah kantong oposisi terakhir di sekitar Damaskus dan Presiden Bashar al-Assad ingin merebutnya kembali, tampaknya dengan biaya apapun. (st/TNA)