DOHA, QATAR (voa-islam.com) - Kantor berita Al Jazeera pada hari Ahad (11/3/2018) menyiarkan bagian kedua dari dokumenter "Qatar "96, yang menyoroti dugaan Sheikh Hamad bin Isa Al Khalifa dalam usaha yang gagal untuk menggulingkan pemerintah Qatar 21 tahun yang lalu.
Fahd al-Maliki, seorang mantan perwira intelijen Qatar yang terlibat dalam kudeta tersebut, mengatakan bahwa Sheikh Hamad telah membiayai rencana untuk melakukan serangkaian pemboman di Doha.
Maliki mengatakan bahwa dia menerima $ 265.000 dari sang pangeran, yang merupakan putra mahkota pada saat itu, untuk menargetkan institusi pemerintah dengan berpura-pura menjadi bagian dari sebuah kelompok pemberontak.
Serangan Oktober 1996 digagalkan setelah bom tersebut gagal meledak dan pihak berwenang menemukan alat peledak tersebut.
Mantan duta besar AS untuk Qatar, Patrick Thiers, mengatakan dalam program tersebut bahwa usaha kudeta tersebut merupakan hasil dari kebijakan luar negeri Qatar yang berbeda dari negara-negara Teluk lainnya.
Pekan lalu, kantor berita yang bermarkas di Doha tersebut menyiarkan bagian pertama dari dokumenter tersebut, yang menampilkan dokumen dan kesaksian yang tidak pernah dilihat sebelumnya tentang kudeta yang gagal, yang diduga disponsori oleh Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir.
Bagian pertama merinci operasi untuk menyerang Qatar dengan menggunakan milisi kesukuan dan tentara bayaran asing dan mengepung rumah para Amir Qatar.
"Operasi Abu Ali" digagalkan setelah seorang perwira berpangkat rendah mengungkapkan rencana tersebut dan pihak berwenang menyatakan keadaan darurat.
Pejabat senior Qatar sebelumnya menuduh negara-negara tetangga di Teluk berencana untuk menyerang Doha pada 2014.
Penayangan dokumenter tersebut dilakukan memasuki bulan ke delapan blokade yang diberlakukan terhadap Qatar oleh Arab Saudi, UEA, Bahrain dan Mesir.
Ini adalah empat negara yang sama yang diduga terlibat dalam kudeta tahun 1996, yang sekarang memberlakukan blokade darat, udara dan laut di emirat yang kaya gas.
Arab Saudi dan sekutu-sekutunya kemudian mengajukan daftar tuntutan kepada Qatar, termasuk mematikan media Al Jazeera dan The New Arab yang berbasis di London, membatasi hubungan dengan Iran dan menutup sebuah pangkalan militer Turki di emirat tersebut.
Kuartet tersebut menuduh Doha mendukung ekstremisme dan mendorong hubungan dengan Iran - tuduhan yang Qatar membantah keras, dan mengatakan bahwa blokade tersebut adalah sebuah upaya untuk mengubahnya menjadi sebuah negara bawahan. (st/TNA)