PARIS, PRANCIS (voa-islam.com) - Maxime Hauchard, seorang jihadis Prancis yang dicari oleh pemerintah Prancis dan AS sejak muncul dalam video eksekusi Islamic State di Suriah, telah terbunuh, sumber yang dekat dengan penyelidikan tersebut mengatakan kepada AFP, Kamis (16/3/2018).
"Tanggal dan keadaan kematiannya belum diketahui, tapi nampaknya dia meninggal pada musim panas 2017," kata salah satu sumber.
Hauchard, yang tumbuh di sebuah desa di Normandia sebelum beralih dari agama Katolik ke Islam, baru berusia 22 tahun saat dia terlihat mengarahkan pisau ke leher pekerja bantuan AS Peter Kassig dalam sebuah video eksekusi bulan November 2014.
Video tersebut juga menunjukkan eksekusi 18 orang Syria yang diidentifikasi sebagai personil militer.
Prancis segera mengeluarkan surat perintah penangkapan internasional, dan Departemen Luar Negeri AS memasukkan Hauchard ke daftar hitam "jihadis global yang ditunjuk secara khusus".
Penyelidik kemudian menemukan bahwa Hauchard menjadi radikal secara online, bergabung dalam forum jihad dengan moniker Abu Abdallah al Faransi. Dia dua kali bepergian ke Mauritania antara bulan Oktober 2012 dan Mei 2013 untuk studi Islam.
Pada bulan Agustus 2013 dia pergi ke Suriah melalui Turki, mengatakan kepada keluarganya bahwa dia ingin "membantu yang terluka" dalam perang sipil negara tersebut, namun kenyataannya dia berada di bawah sayap perekrut IS.
"Untuk menunjukkan kesetiaan, Anda harus terlebih dahulu pergi ke sebuah kamp pelatihan. Tahap pertama berlangsung sekitar sebulan.
Kami melakukan beberapa pelatihan, kami mulai beroperasi dan setelah itu kami kembali berlatih, bukan hanya teori," katanya kepada sebuah stasiun televisi Prancis pada bulan Juli 2014.
Beberapa bulan kemudian IS merilis video yang menunjukkan eksekusi Kassig dan tentara Suriah, di mana Hauchard ditunjukkan dengan mukanya yang terlihat jelas.
Dia muncul lagi pada bulan November 2015, beberapa hari setelah serangan Paris yang menewaskan 130 orang, memberi peringatan di Twitter: "Brasil, Anda adalah target kami selanjutnya," sebuah referensi untuk Olimpiade Musim Panas 2016 di Rio de Janeiro.
Pemerintah Prancis mengatakan sekitar 1.700 warga Prancis telah pergi untuk berperang bersama IS di Irak dan Suriah sejak tahun 2014.
Lebih dari 300 jihadis Prancis, termasuk 12 wanita, telah gugur dalam perang di jajaran IS di Irak dan Suriah sejak saat itu, sementara sekitar 730 orang dewasa dan 500 anak masih berada di sana.
Kementerian dalam negeri mengatakan 256 jihadis Prancis telah kembali ke Prancis, bersama 78 anak di bawah umur. (st/TNA)