DAMASKUS, SURIAH (voa-islam.com) - Pasukan Rusia mengancam akan memusnahkan kota Douma kecuali Jaisyul Islam memberikan konsesi dan menerima syarat Rusia dan rezim Assad, menurut sumber Orient News di tim negosiasi.
Sumber itu, berbicara dengan syarat anonimitas, mengatakan kepada Orient Net, "pendudukan Rusia mengancam untuk membasmi kota Douma dalam 48 jam", merujuk bahwa batas waktu yang diberikan oleh Rusia berakhir pada Rabu, pukul 9 pagi, yang dapat diperpanjang hingga Kamis (29/3/2018) pukul 11 pagi jika Jaisyul Islam menolak untuk mundur dari kota Douma, tetapi Rusia akan membalas dendam pada kota itu jika fraksi oposisi tinggal lebih lama.
Fraksi oposisi Suriah mulai meninggalkan beberapa kota di Ghouta timur pada Sabtu (24 Maret), menyerahkan mereka kepada rezim Assad dan meninggalkan kota terkepung di Douma sebagai benteng terakhir mereka di sana.
Jurubicara militer Jaisyul Islam Hamza Birqdar mengatakan kepada stasiun radio Suriah yang berbasis di Istanbul Radio al-Kul melalui Skype dari Ghouta timur, "Hari ini perundingan terjadi ... harus tinggal di Ghouta dan tidak meninggalkannya."
Birqdar menuduh rezim Assad mencoba mengubah keseimbangan demografis Ghouta timur dengan memaksa penduduk setempat dan menggantinya dengan sekutunya, menurut Reuters.
Baik Ahrar al-Sham dan Faylaq al-Rahman, dua faksi oposisi lainnya yang sebelumnya menguasai kantong lain di Ghouta timur, telah menerima kesepakatan di mana mereka mundur ke Idlib yang dikuasai oposisi di Suriah barat laut.
Laporan menyebutkan bahwa dalam negosiasi Jaisyul Islam menolak untuk dievakuasi ke Idlib, dan sebagai gantinya meminta untuk dikirim ke Qolamun atau Darra di mana kehadirin mereka kuat di wilayah itu.
Bagaimana pun syarat ini tidak disetujui oleh Rusia yang menginginkan mereka untuk tetap pergi ke Idlib, sebuah wilayah yang didominasi oleh faksi-faksi yang dimusuhi secara sengit oleh Jaisyul Islam, termasuk kelompok Hay'at Tahrir Al-Sham (HTS).
Evakuasi sendiri terjadi setelah serangan satu bulan oleh rezim dan Rusia yang menghancurkan Ghouta timur yang sudah babak belur, area lahan pertanian dan kota-kota yang merupakan salah satu pusat pertama pemberontakan pada tahun 2011 dan kubu oposisi terbesar terakhir di dekat ibu kota Damaskus. (st/Orient)