BAGHDAD, IRAK (voa-islam.com) - Ideologi kelompok Islamic State (IS) masih menjadi ancaman di Irak meskipun perang melawan jihadis telah berakhir dalam istilah militer, kata perdana menteri negara itu Sabtu (7/4/2018).
“Perang darat kami dengan Daesh telah berakhir. Kami telah menyelamatkan semua tanah negara kami dan menguasai perbatasan Suriah. Namun bahaya dari ideologi dan sel tidur Daesh tetap ada. Saya harus memperingatkan semua orang tentang hal itu, ”kata Perdana Menteri Haider al-Abadi, menyebut nama lain dari IS, dalam sebuah pidato di sebuah pertemuan Partai Dawa Islam, partai yang berkuasa di Irak.
"Para pejabat Irak telah mengatakan kepada saya bahwa perang melawan Daesh mungkin memakan waktu hingga 10 tahun, tetapi kami berhasil mengatasinya dalam waktu singkat," katanya.
Abadi menyinggung istilah mantan Perdana Menteri Nouri al-Maliki dalam mengkritik korupsi di negara itu. Dia mengatakan selama periode itu, korupsi berada di puncaknya di Irak dan kebijakan sektarian telah menyebabkan terorisme dan kekerasan.
“Kami akan memanggil semua orang untuk menjelaskan. Kami ingin dukungan publik dalam perubahan besar ini, ”katanya.
Islamic State mulai kehilangan kendali atas tanah yang ditangkapnya setelah mencapai puncaknya pada akhir 2014, ketika menduduki dua pertiga wilayah Suriah.
Runtuhnya Raqqa, yang diplokramirkan sebagai ibukota IS, pada 17 Oktober menandai akhir simbolis dari organisasi tersebut.
Setelah Raqqa direbut dari IS, pernyataan peringatan tentang ideologinya dibuat oleh banyak pejabat, termasuk Jenderal AS Paul E. Funk, Koordinator Kontra-terorisme UE Gilles de Kerchove dan Petr Pavel, ketua Komite Militer NATO. (st/aa)