KIRKUK, IRAK (voa-islam.com) - Seorang pemimpin Islamic State (IS) terkemuka yang diduga Abu Walid al-Shishani (Chechnya) gugur dalam operasi militer Syi'ah Irak yang didukung oleh angkatan udara AS di Kirkuk pada Senin (9/4/2018) dini hari, hanya beberapa hari setelah dua serangan IS menewaskan tujuh orang di negara itu.
Sumber militer Syi'ah Irak dari provinsi Irak barat, yang terletak 250km utara Baghdad, mengungkapkan ke situs al-Araby al-Jadeed bahwa seorang pemimpin IS yang dikenal "warga asing" telah tewas dalam serangan militer di selatan Wadi Hamreen di Senin dini hari.
Laporan terbaru yang dikeluarkan oleh militer Syi'ah Irak mengklaim bahwa dua pertiga dari pemimpin IS dari apa yang disebut pejuang generasi pertama telah terbunuh selama tiga tahun terakhir oleh serangan udara koalisi dan pertempuran di darat yang dilakukan oleh pasukan Irak
Pejabat militer Irak di Baghdad mengatakan kepada al-Araby al-Jadeed bahwa pasukan Irak melakukan serangan penyergapan yang menargetkan beberapa bangunan di pinggiran desa Sabeel, di selatan lembah Horan saat fajar pada Senin, di manaanggota IS berpangkat tinggi bersama dengan tiga sahabat, tewas. Pejabat itu menambahkan bahwa jihadis yang dibunuh berasal dari non-Arab.
Serangan itu menyusul bentrokan dengan kekerasan yang pecah ketika para pejuang IS menolak menyerah dan melepaskan tembakan ke arah pasukan Irak. Kelompok itu kemudian ditangani "sesuai dengan aturan keterlibatan yang sesuai", kata sumber itu.
Pasukan Irak melacak pemimpin IS itu dengan memantau panggilan telepon genggamnya, sumber itu menambahkan.
Dia menambahkan rincian identitas para jihadis akan diumumkan segera, menekankan pasukan Amerika memberikan dukungan udara selama operasi tetapi tidak campur tangan dalam penyergapan di darat.
Pada saat yang sama, TV lokal Irak melaporkan seorang pejabat keamanan Irak mengatakan seorang pemimpin Islamic State bernama Abu Walid al-Shishani gugur dalam operasi khusus tersebut, di mana catatan yang berisi informasi penting juga disita. Abu Walid Al-Shishani dikenal sebagai sekutu kunci pemimpin IS Abu Bakr al-Baghdadi.
"Pejuang ini bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan serangan di Kirkuk, yang oleh karena itu menandakan akhir dari sel-sel tidur IS di wilayah Kirkuk yang ia danai," kata pejabat keamanan itu seperti dikutip.
Diperkirakan bahwa operasi Senin dapat menyebabkan pelacakan Baghdadi.
Irak Utara telah melihat serentetan serangan IS dalam beberapa hari terakhir yang tampaknya menargetkan pemilu mendatang. Meskipun kehilangan sebagian besar wilayahnya sampai pada titik di mana mereka dinyatakan kalah, kelompok ini mulai menunjukkan kebangkitan di Irak.
Provinsi Anbar khususnya telah melihat kemerosotan tajam dari situasi keamanannya, dilanda oleh dua serangan IS dalam 72 jam.
Beberapa orang tewas dan terluka di desa Haditha ketika empat penyerang jibaku menyerbu salah satu lingkungan militer di sana.
Tiga dari penyerang ditembak mati di tempat kejadian oleh pasukan Irak. Namun penyerang keempat itu meledakkan rompi jibaku, menewaskan dua pasukan keamanan dan melukai tujuh lainnya, menurut al-Araby al-Jadeed.
Selain itu, lima orang tewas dan 16 luka-luka ketika dua pembom jibaku menargetkan pawai pemilu di kota Hit di provinsi Anbar pada Sabtu malam.
"Dua pembom jibaku menyamar ketika tentara memasuki markas Partai al-Hal", salah satu partai paling terkemuka di provinsi Anbar yang berpenduduk mayoritas Sunni, seorang pejabat keamanan setempat mengatakan kepada AFP tanpa menyebut nama.
Salah satu penyerang "meledakkan sabuk eksplosifnya sementara para pemimpin politik mengadakan pertemuan" di markas besar kampanye di Hit, sekitar 200 kilometer (125 mil) barat Baghdad, Jenderal Qassam al-Mohammadi, kepala operasi militer di daerah itu, mengatakan kepada AFP.
Meskipun ada kecurigaan awal bahwa militan Syi'ah berada di belakang serangan itu, kelompok Islamic State kemudian menyatakan bertanggung jawab. Pihak berwenang Syi'ah Irak kemudian memberlakukan tindakan keras terhadap keamanan di wilayah tersebut.(st/TNA)