RIYADH (voa-islam.com) - Upaya pemerintah Arab Saudi untuk menekan angka pengangguran sudah mulai dilakukan. Di beberapa pusat perdagangan, perkantoran, hotel, dan mall sudah terlihat beberapa karyawan yang sebelumnya dijabat oleh orang asing, kini dikerjakan orang Saudi.
Akibat dari kebijakan yang diberlakukan tersebut, banyak para pekerja asing yang harus angkat kaki dari Arab Saudi, termasuk para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang sudah bertahun-tahun mengais rizki di tanah gurun ini.
Asep Kromo, salah satu TKI di Riyadh, mengatakan bahwa kebijakan Pemerintah Arab Saudi berdampak pada dirinya. Pria yang sudah delapan tahun mengadu nasib di ibu kota Arab Saudi ini harus pulang kampung pada bulan April 2018 ini.
Bukan karena ada masalah dengan pekerjaan dan majikan, tapi Asep harus pulang karena pekerjaan yang dia lakoni selama ini tidak boleh dikerjakan oleh orang asing.
“Insya Allah bulan depan mau pulang ke Indonesia, karena saya tidak mendapat izin tinggal lagi disini. Iqomah tidak boleh diperpanjang karena pekerjaan saya sekarang hanya untuk orang Saudi,” kata Asep dalam perbincangan, beberapa waktu lalu.
Asep adalah satu-satunya TKI yang ada di perusahaan tempat dia bekerja. Pria asal Cirebon ini bekerja pada perusaan yang menjual jasa dekorasi dan gambar. Asep bekerja sebagai pelukis.
Asep belum tahu pekerjaan apa yang harus dilakukan ketika nanti pulang ke Indonesia. Dirinya berharap, di tanah air ada lapangan pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahlian dia.
Pajak dan Biaya Hidup yang Berat
Kebijakan pemerintah Arab Saudi memberlakukan pajak 5 persen pada setiap transaksi membuat kebutuhan dan biaya hidup semakin bertambah. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab pulang kampungnya para TKI.
Di beberapa daerah di Riyadh, tahun lalu banyak TKI yang tinggal bersama dengan keluarganya mengontrak rumah, kini mayoritas telah pulang kampung.
Selain pemberlakuan pajak, biaya untuk iqomah (KTP) bagi pekerja profesional pun meningkat hingga 100 persen.
Deni, salah satu TKI yang ditemui beberapa waktu lalu, membenarkan kabar tersebut.”Iya sekarang kondisi ekonomi sedang sulit. Banyak para pekerja yang memilih pulang ke tanah air,” kata Deni.
Tak banyak harapan yang diinginkan oleh mereka. Keduanya sepakat,ingin mendapatkan penghidupan yang layak, agar dapur tetap ngebul.
Deni menuturkan, para TKI lebih baik pulang kampung, kalau upah yang dihasilkan sebulan dibawah 2000 riyal. Karena biaya hidup semakin berat. “Tapi masalahnya, di kampung halaman nanti mau kerja apa?,” tanya Deni.
Sementara Asep, tetap akan pulang kampung, karena memang iqomah tidak dapat diperpanjang lagi. Untuk urusan pekerjaan, nanti akan dipikirkan ke depan. “Insya Allah nanti cari pekerjaan di Indonesia,” tutur Asep.
Ketika para TKI memilih untuk pulang ke tanah air, berharap kepada pemerintah Indonesia untuk membuka lapangan kerja yang layak.
“Harapannya sih di tanah air terbuka lebar kesempatan kerja,” tegas Asep.
Salah satu staf Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Jeddah, yang tak ingin namanya disebut, membenarkan bahwa tahun ini ada ribuan TKI yang terpaksa harus pulang karena kebijakan pemerintah Saudi yang semakin sulit.
“Saat ini Saudi sedang krisis ya. Ribuan TKI pulang karena harus bayar pajak yang besar,” kata dia. [fq/kiriman berita dari Budi Marta)