TEHERAN, IRAN (voa-islam.com) - Kementerian Pendidikan Syi'ah Iran pada Ahad (15/4/2018) melarang penggunaan jaringan media sosial asing di sekolah-sekolah, kantor berita ILNA melaporkan, di tengah desakan oleh Teheran untuk membatasi pengaruh dari platform online di luar.
Sekolah-sekolah harus "hanya menggunakan jaringan sosial domestik" untuk komunikasi mereka, kata kementerian dalam sebuah pernyataan, menurut kantor berita yang terkait reformis.
Telegram adalah jaringan sosial paling populer di Iran. Pada 2017, aplikasi mengklaim memiliki 40 juta pengguna setiap bulan di Republik Syi'ah tersebut.
Instagram juga sangat populer, dan perusahaan di Iran - seperti di tempat lain - sering menggunakan kedua platform itu untuk berkomunikasi langsung dengan para pelanggan.
Kurang digunakan, Facebook dan Twitter diblokir di Iran, tetapi mudah diakses menggunakan virtual private network (VPN).
Selama gelombang protes yang melanda puluhan kota Iran pada awal tahun, otoritas Iran melarang sementara Telegram, menuduh aplikasi tersebut memungkinkan kelompok "kontra-revolusioner" berbasis asing untuk memicu kerusuhan.
Sejak itu, pihak berwenang berusaha mengembangkan jaringan media sosial Iran dan membatasi ketergantungan pada platform berbasis asing, yang Teheran tuduh tempat penyimpanan data situs dianggap memusuhi Republik Syi'ah itu.
Beberapa platform Iran yang menawarkan layanan serupa dengan Telegram telah muncul dalam beberapa bulan terakhir, seperti jaringan Soroush, yang sudah mengklaim memiliki lima juta pelanggan.
Menurut kantor berita resmi IRNA, Menteri Telekomunikasi Mohammad-Javad Azari Jahromi baru-baru ini menjanjikan jejaring sosial Iran akan menawarkan jaminan kerahasiaan yang sama dengan platform asing.
"Tidak ada pesan yang dibaca, dan tidak ada informasi (pribadi) yang dikomunikasikan kepada siapa pun," klaimnya kepada parlemen.
Dalam sebuah pernyataan yang baru-baru ini diposting ke situsnya, Pemimpin Tertinggi Iran ayatola Ali Kamenei mengatakan pemerintah harus menjamin "keamanan dan privasi" orang-orang di internet.
Kamenei menyebut intrusi ke dalam privasi online "haram", atau dilarang dari sudut pandang agama.
Media Iran telah muncul untuk mendorong orang untuk bergabung dengan jaringan baru dengan meyakinkan pemirsa bahwa mereka akan terus beroperasi bahkan jika Telegram dilarang lagi. (st/TNA)