View Full Version
Senin, 23 Apr 2018

Islamic State Tetap Tumbuh di Afghanistan Meski Ada Kehadiran Pasukan Asing

KABUL, AFGHANISTAN (voa-islam.com) - Kelompok afiliasi Islamic State (IS) tetap tumbuh di Afghanistan karena ribuan pasukan asing tampaknya gagal memulihkan keamanan 17 tahun setelah Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya menginvasi negara itu dengan kedok yang disebut perang melawan teror.

IS, yang telah berada di belakang beberapa pemboman masa lalu di Kabul, mengaku bertanggung jawab atas serangan bom mematikan di luar pusat pendaftaran pemilih di ibukota Afghanistan, Ahad (22/4/2018).

Lebih dari 30 orang tewas dan hampir 60 lainnya terluka dalam serangan itu, yang dilakukan di depan pintu distribusi kartu identitas dan pusat pendaftaran pemilih di daerah Dasht-e-Barchi di Kabul.

Lingkungan di Kabul barat terutama dihuni oleh anggota minoritas Syi'ah Hazara, yang telah ditargetkan secara teratur baik oleh Taliban maupun Islamic State.

Dalam beberapa tahun terakhir, orang-orang Syi'ah Hazara menjadi sasaran dalam serangkaian pemboman mematikan dan beberapa penculikan berskala besar di seluruh Afghanistan, yang telah mendorong demonstrasi dan aksi duduk di Kabul dan di tempat lain.

Hal ini terjadi seiring keterlibatan mereka dalam perang Suriah membela Bashar Al-Assad melawan mujahidin Sunni di negara tersebut.

Komunitas tersebut, kelompok etnis Afghanistan termiskin, menyumbang sekitar 20 persen populasi Afghanistan dan merupakan minoritas ketiga terbesar di negara itu.

Serangkaian ledakan bom menargetkan pusat kebudayaan Syi'ah di daerah Dasht-e-Barchi di Kabul pada akhir Desember tahun lalu, menewaskan sedikitnya 41 orang dan melukai puluhan lainnya.

Pada Juli 2016, setidaknya 80 Syi'ah tewas dalam dua ledakan bom yang dilakukan oleh IS di Kabul.

Pada bulan November tahun yang sama, setidaknya 27 orang tewas setelah ledakan bom besar menghantam sebuah masjid Syi'ah di ibukota Afghanistan.

IS, yang dikenal sebagai Islamic State Wilayat Khurasan (IKSP) juga telah membangun pijakan di Afghanistan timur dan utara.

Kelompok ini telah banyak mengisi provinsi timur Nangarhar, dari mana telah melakukan serangan profil tinggi di pusat populasi besar di seluruh negeri.

Sejak akhir 2017, laporan berita telah memfokuskan pada pertumbuhan kehadiran IS di Afghanistan utara, khususnya Jowzjan, yang berbatasan dengan Turkmenistan di Asia Tengah.

Laporan-laporan ini diperkuat oleh Rusia dan tetangga-tetangga Asia Tengah lainnya di Afghanistan, yang telah menyuarakan keprihatinan laporan mengenai kehadiran pejuang asing, termasuk orang-orang Chechen, Uzbek, orang-orang Uighur Cina dan beberapa orang Arab.

Sebelumnya pada bulan Februari, Menteri Pertahanan Syi'ah Iran Brigadir Jenderal Amir Hatami mengklaim bahwa Amerika Serikat memindahkan IS ke Afghanistan untuk membenarkan kehadiran militernya di negara Asia Selatan itu menyusul pukulan berat yang ditujukan kepada kelompok tersebut di Suriah dan Irak.

Ucapannya datang setelah Pemimpin Revolusi Syi'ah Iran Ayatola Ali Kamenei mengeluarkan peringatan serupa tentang upaya Washington untuk merelokasi Islamic State dari Timur Tengah ke Afghanistan.

Pada bulan yang sama, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan Moskow waspada terhadap penolakan Washington dan NATO terhadap kehadiran Islamic State di Afghanistan.

Pada bulan Desember tahun lalu, seorang pejabat tinggi Rusia memperingatkan bahwa diperkirakan 10.000 anggota IS hadir di Afghanistan, dan jumlah mereka bertambah karena relokasi anggota mereka ke negara Asia Tengah setelah kekalahan teritorial di Suriah dan Irak.

Pada November tahun lalu, Mantan Presiden Hamid Karzai mengatakan Amerika Serikat berkolusi dengan Islamic State di Afghanistan dan membiarkan kelompok itu berkembang di negara yang dilanda perang tersebut.

Karzai mengatakan pemerintahan Presiden AS Donald Trump juga menggunakan IS sebagai alasan untuk menjatuhkan bom besar-besaran di Afghanistan pada April 2017.

Menurut dokumen intelijen Afghanistan, pejabat keamanan percaya bahwa Islamic State hadir di sembilan provinsi dari Nangarhar dan Kunar di timur ke Jawzjan, Faryab, dan Badakhshan di utara dan Ghor di barat tengah.

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani baru-baru ini mengatakan ada sekitar 40 kelompok jihad yang bertempur di Afghanistan, yang bisa membuat prospek perdamaian yang dirundingkan bahkan lebih suram.

Islamic State mulai membangun kehadirannya di Afghanistan hampir setahun setelah merebut tanah di Irak dan Suriah pada tahun 2014.

Kelompok ini mengambil keuntungan dari kekacauan yang sedang berlangsung di Afghanistan dan merekrut beberapa pejuangnya dari kalangan pembelot Taliban.

Sejak 2015, ketika IS tampil pertama kali di Afghanistan, Taliban di beberapa tempat membuat penyesuaian taktis dengan IS, dan ada daerah di mana Taliban dan Islamic State hidup berdampingan dan bahkan bekerja sama melawan pasukan Afghanistan. (St/ptv) 


latestnews

View Full Version